Saturday, November 12, 2016

Teori Medeline Leininger : Transcultural nursing




Latar Belakang Teori

          Medeline Leininger adalah pendiri dan pelopor keperawatan transkultural dan teori perawatan manusia.  Dia lahir di Sutton, Nebraska, dan memulai karir perawat profesional setelah lulus pendidikan dasar keperawatan dari St. Anthony School of Nursing di Denver, Colorado tahun 1948. Bsc dari Benedectine Collage Atchison tahun 1950. Setelah lulus, dia bekerja sebagai instruktur, staf keperawatan, dan kepala perawat di unit medikal bedah, serta sebagai Direktur unit psikiatri di Rumah Sakit St. Joseph, Omaha, Nebraska.  Pada saat bersamaan, dia mendalami ilmu keperawatan, administrasi keperawatan, mengajar dan kurikulum keperawatan, test dan pengukuran di Universitas Creighton, Omaha.
          Tahun 1954, memperoleh gelar Master keperawatan psikiatri dari Universitas Catholic, Woshington DC.  Dia dipekerjakan di sekolah kesehatan Universitas Cincinnati, Ohio, disinilah dia menjadi master klinik, spesialis keperawatan psikiatri anak yang pertama di dunia. Dia juga mengajukan dan memimpin program keperawatan psikiatri di Universitas Cincinnati dan Pusat Keperawatan Psikiatri Terapeutik di Universitas Hospital.  Pada saat bersamaan, dia menulis salah satu dasar keperawatan Psikiatri, yang berjudul  Basic Psychiatri Concepts in Nursing, yang dipublikasikan tahun 1960 dalam 11 bahasa dan digunakan diseluruh dunia.

          Pertengahan tahun 1950-an, saat di child guidance home, Cincinnati, Leininger menemukan kekurangfahaman akan faktor budaya yang mempengaruhi perilaku anak – anak.  Mereka berasal dari bermacam – macam latar belakang budaya,  dia mengamati dan merisaukan perbedaan perawatan dan penanganan.  Leininger mengalami cultural shock pada saat itu.  Hal ini membuatnya membuat keputusan untuk mengambil doktoral berfokus pada budaya, sosial, psikologi antropologi di Universitas Woshington, Seattle.  Disana dia mempelajari berbagai budaya, dia menemukan sisi menarik dari antropologi dan keyakinan dan dia berpendapat semua perawat seharusnya tertarik akan hal ini.  Dia berfokus pada orang – orang Gadsup di timur Highlands, New Guinea, dimana dia tinggal bersama orang pribumi selama 2 tahun dan mempelajari etnografikal dan etnonursing di dua desa.  Selain menemukan ciri – ciri unik dari budaya, dia juga mengobservasi perbedaan antara budaya barat dan non-barat berkaitan dengan perawatan kesehatan.  Berdasarkan studi dan penelitian yang dia lakukan bersama orang Gadsup, dia mengembangkan teori perawatan budaya dan metode etnonursing.  Teorinya membantu para mahasiswa perawat untuk memahami perbedaan budaya manusia, sehat dan sakit.
          Selama tahun 1950 – 1960, Leininger mengidentifikasi beberapa ilmu pengetahuan dan penelitian teoritikal terkait dengan perawat dan antropologi, formulasi konsep transkultural nursing, teori, prinsip, dan praktis.  Tahun 1970 Leininger menerbitkan buku Nursing and Anthropology: Two World to Blend, buku kedua dan tahun 1978 dengan judul Transcultural Nursing: Concepts, Theory, and Practice.  Kursus pertama mengenai transcultural nursing diadakan tahun 1966 di Universitas Colorado, dimana Leininger sebagai Profesor Nursing dan Antropologi, serta sebagai Diektur program sarjana keperawatan (Ph.D) di USA.  Pada tahun 1969, dia ditetapkan sebagai Dekan dan Profesor Keperawatan dan Dosen Antropologi di Universitas Woshington, Seattle.  Disana Dia mendirikan Akademi Keperawatan untuk pertama kalinya dalam perbandingan sistem keperawatan dan untuk menunjang program master dan doktoral dalam trancultural nursing.  Dibawah kepemimpinannya, kantor pusat penelitian didirikan tahun 1968 dan 1969.  Dia mengadakan beberapa kursus keperawatan transkultural dan panduan perawat dalam program doktoral keperawatan transkultural. Di tahun yang sama, Dia juga mendirikan Komite Keperawatan dan Antropologi.
          Leininger mendirikan National Transcultural Nursing Society (1974), dan di tahun 1978 dia mendirikan National Research Care Conference untuk membantu para perawat fokus mempelajari fenomena perawatan manusia.  Jurnal Transcultural Nursing (1989) dan sebagai editor sampai 1995.  Oleh karena itu Leininger menerima banyak penghargaan untuk transcultural nursing.
          Teori Leininger berasal dari bidang antropologi dan keperawatan.  Dia mendefinisikan transcultural nursing sebagai area mayor dari keperawatan yang berfokus pada studi perbandingan dan analisis bermacam – macam budaya dan subkultur di seluruh dunia dengan mempertimbangkan nilai , ucapan, dan keyakinan sehat – sakit, dan pola kebiasaan.  Tujuan teori ini adalah menemukan bermacam – macam cara dalam merawat klien dan universal dalam hubungan worldview (sudut pandang dunia),  struktur sosial, dimensi lain, kemudian menemukan jalan yang sesuai untuk orang yang berbeda dengan tujuan memelihara kesehatan, atau menghadapi kematian dengan pendekatan budaya.
          Leininger mengembangkan teorinya (care culture diversity and universality), yang berbasis keyakinan seseorang terhadap budaya yang berbeda, sebagai informasi  dan panduan perawat profesional dalam memberikan asuhan.  Budaya adalah pola dan nilai kehidupan  seseorang yang mempengaruhi keputusan dan tindakan, oleh karena itu teori ini mengarahkan perawat untuk menemukan dan mendokumentasikan klien di seluruh dunia dan menggunakan sudut pandang pribumi, pengetahuan, dan praktik dengan pendekatan etik, sebagai dasar profesional untuk mengambil keputusan dan bertindak sesuai dengan kebutuhan. 

Baca Juga: PRACTICE THEORY/MICRO THEORY

2.2     Definisi dan Konsep Mayor
Keperawatan transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus pada analisis dan studi perbandingan tentang perbedaan budaya (Leninger, 1978 dalam Sudiharto, 2007). Keperawatan transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis, yang difokuskan pada perilaku individu atau kelompok, serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat atau perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya (Leninger, 1984 dalam Sudiharto, 2007).
Teori ini bertujuan untuk menjelaskan faktor budaya dan asuhan yang mempengaruhi kesehatan, kesakitan dan kematian manusia sebagai upaya untuk meningkatkan dan memajukan praktek keperawatan. Tujuan paling utama dari teori ini adalah memberikan asuhan yang sesuai dengan budaya, gaya hidup maupun nilai-nilai yang dipercaya oleh klien (Parker, 2001).
Leininger telah mengembangkan beberapa istilah terkait dengan teorinya, yaitu:
1.      Perawatan manusia dan keperawatan
Manusia adalah induvidu atau kelompok yang memiliki nilai – nilai dan norma – norma yang diyakini berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan tindakan.  Menurut Leininger, manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya setiap saat dan dimanapun dia berada.
Keperawatan adalah ilmu dan kiat yang diberikan kepada klien dengan landasan budaya (Andrew, 1995).  Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat, baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Konsep perawatan manusia dan keperawatan adalah ringkasan dan penjelasan dari pendampingan, dukungan, kemungkinan, dan cara yang memudahkan untuk membantu diri sendiri atau orang lain yang kekurangan atau sebagai upaya pencegahan untuk meningkatkan kesehatan,  memperbaiki cara hidup, atau untuk menghadapi ketidakmampuan atau kematian
2.      Budaya
       Budaya menggambarkan pola kehidupan, nilai, keyakinan, norma, simbol dan kebiasaan individu, kelompok atau institusi yang dipelajari, dibagikan, dan biasanya diturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya.
Budaya adalah pengalaman yang bersifat universal  sehingga tidak ada budaya yang sama persis; budaya bersifat stabil, tetapi juga dinamis karena budaya tersebut diturunkan kepada generasi berikutnya sehingga mengalami perubahan; dan budaya diisi dan ditentukan oleh kehidupan manusianya sendiri tanpa disadari.
3.      Perawatan budaya
Cultural care didefinisikan sebagai nilai, kepercayaan, pengungkapan yang terpola yang membantu, mendukung dan memungkinkan individu lain atau kelompok untuk memelihara kesehatannya, meningkatkan kondisi manusia/kehidupan atau menghadapi kematian dan kecatatan.  Berdasarkan asumsi bahwa cultural care adalah pengertian yang luas untuk mengetahui, menjelaskan, menjumlahkan, dan memprediksi fenomena asuhan keperawatan dan untuk mengarahkan praktik asuhan keperawatan.
4.      Culture care diversity
       Cultural care diversity adalah variasi makna, pola, nilai atau simbol asuhan yang secara budaya dibawa oleh masyarakat untuk kesejahteraannya atau untuk meningkatkan kondisi manusia dan kehidupan menghadapi kematian
5.      Culture care universality
Culture care universality serupa atau seragam makna, pola, nilai atau simbol asuhan yang secara budaya dibawa oleh masyarakat untuk kesejahteraan atau meningkatkan kondisi manusia dan kehidupan atau menghadapi kematian.  Perawatan dapat diperlihatkan dengan bermacam – macam ekspresi, tindakan, pola, gaya hidup dan arti.

6.      Worldview
       Worldview adalah cara seseorang atau kelompok untuk mencari tahu dan memahami dunia mereka sebagai nilai, pendirian, dan gambaran tentang kehidupan dan dunia.
7.      Dimensi struktur kebudayaan dan sosial
       Menggambarkan dinamis, holistik, dan keterkaitan pola dari struktur budaya (subculture), meliputi aspek spiritual, sosial, politik (legal), ekonomi, pendidikan, tehnologi, nilai budaya, filosofi, sejarah, dan bahasa.
8.      Konteks lingkungan
       Lingkungan adalah keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan, keyakinan, dan prilaku klien.  Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan klien dengan budayanya.  Lingkungan meliputi lingkungan itu sendiri (fisik, geografis, sosial budaya), situasi, atau peristiwa/pengalaman yang memberikan intepretasi terhadap arti sebagai petunjuk untuk berekspresi dan  mengambil keputusan.
9.      Ethnohistori
       Ethnohistori adalah rangkaian fakta, peristiwa, atau perkembangan yang terjadi,  atau catatan tentang budaya yang dipilih.
10.   Emic
       Emic berarti lokal, pribumi.
11.   Etnic
Etnic berarti orang luar.
12.   Kesehatan
       Suatu keadaan sehat yang secara budaya didefinisikan, dinilai, dan dipraktekkan, yang  merefleksikan kemampuan individu/kelompok untuk melakukan peran aktivitas sehari – hari secara mandiri.  Kesehatan adalah keseluruhan aktivitas yang dimiliki klien dengan mengisi kehidupannya, yang terletak pada rentang sehat-sakit
13.   Keperawatan transkultural
       Keperawatan transkultural adalah formal area dari humanistik dan ilmu pengetahuan dan praktik yang berfokus pada perawatan budaya secara holistik dan kompetensi atau kemampuan individu atau kelompok untuk mempertahankan/menjaga kesehatannya dan untuk menerima kekurangan atau kecacatan, dan menghadapi kematian.
          Keperawatan transkultural adalah cabang dari keperawatan yang memfokuskan pada studi komparatif dan analisis.  Budaya yang berkenaan dengan keperawatan, praktik asuhan sehat sakit, keyakinan dan nilai – nilai dengan tujuan profesionalisme pelayanan asuhan keperawatan untuk individu sesuai dengan budaya pasien.
Keperawatan transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus pada analisis dan studi pebandingan tentang perbedaan budaya (Leninger, 1978 dalam Sudiharto, 2007).  Keperawatan transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis, yang difokuskan pada perilaku individu atau kelompok, serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat atau perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya (Leninger, 1984 dalam Sudiharto, 2007).
14.   Pemeliharaan perawatan budaya
       Merupakan proses pendampingan, dukungan fasilitas, kemampuan profesional untuk bertindak dan mengambil keputusan yang dapat membantu klien sebagai bagian dari budaya untuk memelihara/menjaga makna nilai dan kehidupan, untuk kesembuhan, atau menghadapi kematian.
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan.  Perencanaan dan implementasi keperawatan  diberikan sesuai dengan nilai-nilai relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan dan mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya olahraga setiap pagi.
15.   Akomodasi/negosiasi perawatan budaya
       Merupakan proses pendampingan, dukungan fasilitas, kemampuan profesional untuk bertindak dan mengambil keputusan yang dapat membantu bagian budaya tertentu (subculture) untuk beradaptasi atau bernegosiasi dengan orang lain untuk menghasilkan kesehatan yang bermakna.
       Negosiasi budaya adalah intervensi dan implementasi keperawatan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatannya.  Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan status kesehatan.
16.   Perbaikan perawatan budaya
       Merupakan proses pendampingan, dukungan fasilitas, kemampuan profesional untuk bertindak dan mengambil keputusan yang dapat membantu klien menangkap, merubah, atau memodifikasi cara hidup mereka untuk memperoleh hasil kesehatan yang lebih baik.  Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatannnya.  Perawat berupaya merekonstruksi gaya hidup klien yang biasanya tidak baik menjadi baik.
17.   Kemampuan perawatan secara budaya
       Merupakan sebuah penegasan  perawatan berbasis budaya dan ilmu pengetahuan yang menggunakan perasaan, kreativitas, kehati-hatian untuk memenuhi kebutuhan individu atau kelompok dengan tujuan mencapai kesehatan yang  bermakna, atau untuk menghadapi kesakitan, kecacatan dan kematian.

2.3     Penjelasan Bagan


Teori Leininger dikembangkan dari antropologi dan keperawatan, namun diformulasikan menjadi keperawatan transkultural dengan perspektif asuhan pada manusia. Leinenger mengembangkan metode penelitian enthnonursing dan menegaskan pentingnya mempelajari seseorang dari pengetahuan dan pengalaman lokal mereka, kemudian menghadapkan mereka dengan perilaku dan kepercayaan yang ada di luar diri mereka (Alligood, 2006). Sunrise model dikembangkan untuk memberikan gambar konseptual yang holistik dan komprehensif dari faktor-faktor utama yang berperan penting dalam teori keragaman asuhan budaya & kebersamaan asuhan budaya (Parker, 2001).

Dalam model sunrisenya menampilkan visualisasi hubungan antara berbagai konsep yang signifikan ide pelayanan dan keperawatan. Memberikan asuhan merupakan jantung dari keperawatan dan merupakan karakteristik dasar dari keperawatan. Terdapat 7 komponen yang ada pada "Sunrise Model" dan dapat menjadikan inspirasi dalam penelitian khususnya yang berkaitan dengan asuhan transkultural yaitu :

     a.    Faktor teknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji lebih dalam tentang persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.
     b.    Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang
amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang
sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di
atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat
adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien
terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang
berdampak positif terhadap kesehatan.
    c.    Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama
lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan
hubungan klien dengan kepala keluarga.
    d.    Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan
oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma
budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas
pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :
posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi
sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan
membersihkan diri.
    e.    Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala
sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan
keperawatan lintas budaya. Yang perlu dikaji
pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan
jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara
pembayaran untuk klien yang dirawat.    
F. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan
klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,
biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor
atau patungan antar anggota keluarga.
    g.    Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi
pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti
ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi
terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang
perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis
pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri
tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
Empat prinsip atau ajaran utama dari teori keperawatan transkultural adalah sebagai berikut (Alligood, 2006):
1.      Ekspresi, arti, pola dan perilaku asuhan budaya bermacam-macam namun masih ada nilai-nilai yang bersifat umum dan universal.
2.      Pandangan dunia terdiri dari berbagai faktor struktur sosial seperti agama, ekonomi, nilai budaya, sejarah bangsa, konteks lingkungan, bahasa, asuhan umum dan professional yang mempunyai pengaruh sangat besar terhadap pola asuhan budaya untuk memprediksi kesehatan, kesejahteraan manusia, penyakit, penyembuhan dan cara orang dalam menghadapi kecacatan maupun kematian.
3.      Nilai generik dan nilai professional dalam konteks lingkungan yang berbeda akan berpengaruh besar terhadap pencapaian derajad kesehatan dan kesakitan
4.      Dari penjelasan ketiga prinsip diatas, maka diperlukan cara untuk memberikan asuhan yang sesuai dengan budaya, aman dan bermanfaat. Ada 3 model keputusan dan intervensi yang didasarkan pada budaya yaitu: (1) preservasi asuhan budaya atau mempertahankan, (2) akomodasi asuhan budaya atau negosiasi, dan (3) Restrukturisasi asuhan budaya atau merubah pola. Model keputusan dan intervensi yang didasarkan pada budaya dianggap sebagai kunci keberhasilan dari asuhan yang aman, bermanfaat dan sesuai dengan budaya.
2.4     Asumsi Mayor
Asumsi Mayor (Parker, 2001 dan Alligood, 2006)
1.      Asuhan (Care) sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia untuk bertahan hidup, bahkan sampai manusia menjelang ajalnya.
2.      Asuhan (Care) penting dalam pengobatan dan penyembuhan. Tidak akan ada curing tanpa caring.
3.      Bentuk, ekspresi, pola dan proses dari cara perawatan manusia bervariasi diantara seluruh budaya yang ada di dunia.
4.      Setiap budaya pasti mempunyai nilai asuhan generik (tradisional) dan kadang-kadang mempunyai nilai professional
5.      Nilai dan kepercayaan asuhan budaya ditanamkan dalam agama, keluarga, sosial, politik, budaya, ekonomi, bahasa, konteks lingkungan dan dimensi sejarah dari sebuah struktur sosial.
6.      Asuhan keperawatan terapeutik hanya dapat terjadi ketika nilai asuhan budaya, ekspresi dan perilaku klien diketahui dan digunakan secara eksplisit dalam perawatan.
7.      Perbedaan antara harapan pemberi perawatan dan penerima perawatan harus dipahami untuk menyediakan pelayanan yang bermanfaat, memuaskan dan sesuai dengan yang diharapkan.
8.      Konflik budaya, praktik budaya yang tidak sesuai, stress budaya dan budaya yang tidak sehat merefleksikan kekurangan tentang pengetahuan asuhan budaya untuk mnyediakan perawatan yang bertanggungjawab, aman dan sesuai dengan budaya.
9.      Model perawatan yang sesuai dengan budaya, spesifik dan universal penting untuk kesehatan dan kesejahteraan manusia yang harus disediakan oleh perawat.
10.   Keperawatan merupakan profesi dan disiplin yang memberikan perawatan transkultural.

2.5     Penerimaan oleh Keperawatan
1.      Praktik
Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi budaya dan mengubah/mengganti budaya klien.
a.    Mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi.
b.    Negosiasi budaya
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain.
c.    Restrukturisasi budaya
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengankeyakinan yang dianut.
2.      Pendidikan
Dalam teori keperawatan memandang manusia sebagai manusia holistik  Bio-Psiko-Sosial-Spiritual, namun dengan adanya perbedaan nilai – nilai kultural yang melekat dalam masyarakat sehingga kultural merupakan bagian dari manusia holistik. Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan. Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya. 
3.      Penelitian
          Sampai saat ini fokus pelayanan keperawatan masih diperdebatkan, masih rancu antara asuhan keperawatan dengan asuhan medis dan asuhan keperawatan dengan pengobatan tradisional.  Perkembangan ilmu kedokteran modern juga turut mempengaruhi fokus pelayanan keperawatan.  Hal ini disebabkan karena keperawatan bersifat multiparadigmatik.  Teori asuhan keperawatan diversitas dan universalitas hendaknya digunakan sebagai panduan dalam mengembangkan penelitian keperawatan terkait dengan budaya pasien, karena budaya seseorang mempengaruhi perspektif terhadap keadaan sehat sakit sehingga mempengaruhi proses penyembuhan.

2.6     Kelemahan Teori
1.      Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien tetapi keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh klien sering kali belum dapat dimengerti oleh perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Idealnya perawat perlu memahami norma-norma, dan cara hidup budaya dari klien sehingga klien dapat mempertahankan kesejahteraannya, memperbaiki cara hidupnya atau kondisinya.

2.      Sulitnya dalam memahami norma-norma, dan cara hidup budaya dari klien oleh perawat akan menyebabkan Cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu  beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi. Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien sedang mengalami nyeri. Pada beberapa daerah atau negara diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan rasa nyerinya dengan berteriak atau menangis. Tetapi karena perawat memiliki kebiasaan bila merasa nyeri hanya dengan meringis pelan, bila berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan, maka ketika ia mendapati klien tersebut menangis atau berteriak, maka perawat akan memintanya untuk bersuara pelan-pelan, atau memintanya berdoa atau malah memarahi pasien karena dianggap telah mengganggu pasien lainnya. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.




DAFTAR PUSTAKA

Aziz. 2008. Pengantar Konsep dasar Keperawatan Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika
De Launa dan Ladner. 2002. Fundamental of Nursing: standart and Practice 2nd edition. USA: Thompsons Learning Inc.
Julia. 1995. Nursing Theories: the base for professional nursing practice, 4th edition. Connecticut: Apleton & Lange.
Kozier. 2004. Fundamentals of nursing: Concepts, process and practice. New Jersey: Pearson Education Inc.
Muhlisin, A. 2008. Aplikasi model konseptual caring Jean Watson dalam asuhan keperawatan. Berita Ilmu Keperawatan, 1(3), halaman 147-150
Parker. 2001. Nursing Theories and Nursing Practice. Philadelphia: FA Davis Company.
Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4. Alih bahasa oleh yasmin Asih. Jakarta: EGC.
Sudiharto. 2007. Asuhan keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan Transkultural. cetakan 1.Penerbit buku Kedokteran EGC.

1 comments:

https://nursing-care-plan.blogspot.com said...

Good article.
I like reading your article.

Nanda Care Plan

Nursing Care Plan

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Facebook Themes