Thursday, November 10, 2016

End Of Life Theory Cornelia M Ruland



TINJAUAN TEORI


2.1  Latar Belakang Teorist

2.1.    1      Latar Belakang Cornelia M Ruland
Cornelia M Ruland telah menerima gelar Ph.D-nya dalam keperawatan dari Case Western Reserve University, Cleveland, Ohio sejak 1998. Dia sekarang menjabat sebagai Direktur Pusat ‘Shared Decicion Making and Nursing Research’ pada Universitas Rumah Sakit Rikshospitalet di Oslo, Norwat. Di juga menjabat sebagai ‘adjunt faculty’ pada Departemen Informasi Biomedical di Universitas Colombia, New York. Ruland telah melakukan penelitian yang mendalam terhadap sebuah program untuk meningkatkan pembuatan keputusan secara bersama/’shared decicions making’ dan penyediaan layanan kesehatan berdasar kerjasama pasien-petugas, dan juga pengembangan, implementasi dan evaluasi dari sistem informasi yang menyokongnya. Fokusnya adalah kepada aspek dan alat untuk pengambilan keputusan bersama dalam situasi klinik dimana :
1.    Ketika pasien dihadapkan dengan pengobatan yang sulit atau pilihan keputusan dimana mereka memerlukan bantuan untuk mengerti potensi dari keuntuangan dan bahaya intervensi tersebut serta opsi lainnya dan juga untuk memperoleh aspek nilai dan keinginan pasien.
2.    Managemen yang lebih disukai pasien dalam penanganan penyakit kroniknya atau penyakit serius yang lama.
Ruland menjadi yang pertama dalam meneliti aspek-aspek yang terkait dalam beberapa proyeknya dan telah menerima berbagai penghargaan.


2.1.    2      Latar Belakang Shirley M Moore
         Shirley M Moore adalah dekan kolega untuk Sekolah Keperawatan Case Western Reserve University. Dia menerima diploma keperawatan dari Youngstown Hospital Association pada tahun 1969 dan gelar sarjananya pada tahun 1974 dari Kent State University. Kemudian dia belajar untuk program Master pada psikiatrik dan mental nursing di Cse Western Reserve University  sekaligus gelar Ph.D Keperawatannya.
         Dia mengajarkan tentang Nursing Teori dan Nursing Science pada berbagai level pendidikan keperawatan dan melakukan program penelitian dan pengembangan teori yang berfokus pada fase recovery setelah serangan jantung. Pada awal-awal studi doktornya, Moore didorong oleh sesama rekan pengembang teori untuk turut serta mengembangkan teori dan bukan hanya memanaatkannya saja. Konferensi Roosemary Ellis Theori yang diadakan secara berkala setiap beberapa tahun menawarkan moore kesempatan untuk mengembangkan teori sebagai alat praktik untuk praktisi, peneliti dan pengajar. Dipengaruhi oleh pengalaman ini, moore kemudian menjadi asisten dalam pengembangan dan publikasi beberapa teori (Good and Moore, 1996).




  
2.2  Sumber Teori
Teori The Peaceful End of Life (EOL) ini dibentuk oleh sejumlah kerangka teori (Ruland & Moore, 1998).  Teori ini terutama berbasis pada model Donabedian baik struktur, proses dan hasil, yang sebagian dibagun dari teori general sistem.  Pengaruh dari general sistem teori ini  meliputi dari tipe lain dari teori keperawatan, dari model middle conseptual  dan microrange teori_sebagai indicatol dari penggunaanya dalam mencelaskan kompleksitas dari interaksi perawatan kesehatan dan organisasi.  Pada teori EOL  ini, yang dimaksud stuktur adalah sistem keluarga (pasien dengan sakit terminal dan penyakit serius lainnya) yang menerima perawatan dari professional pada unit  perawatan akut  rumah sakit, proses didefinisikan sebagai aksi (intervensi keperawatan) dibentuk untuk mempromosikan hasil yang positif melalui: 1. Bebas dari rasa sakit; 2. Kenyamanan; 3. Meningkatkan martabat dan rasa hormat; 4. Berada dalam kedamaian; 5. Mengalami kedekatan dengan mereka yang peduli.
Teori kedua yang menjadi sandaran  adalah teori pilihan (brandt) dimana teori ini telah digunakan oleh filosofi untuk menjelaskan dan mendefinisikan kualitas hidup (sandoe, 1999)  konsep ini sangat signifikan dalam EOL, penelitian dan paktik.  Pada teori pilihan, hidup yang baik dideginisikan sebagai memperolah salah satu yang diinginkan  dengan melihat pendekatan yang kuat pada perawatan EOL.  Hal ini dapat diaplikasikan pada orang yang hidup maupun orang yang lumpuh yang sebelumnya membutuhkan  dokumentasi yang tersedia yang berhubungan dengan pemecahan masalah EOL. 

2.3  Konsep Mayor dari Teori
Konsep Mayor dari Teori ini ada 5 hal yang kemudian dapat menjadi panduan dalam melakukan perawatan pada pasien terminal. Konsep itu adlaah :
     ü  Terbebas dari Nyeri
Bebas dari penderitaan atau gejala disstres adalah hal yang utama diinginkan pasien dalam pengalaman EOL (The Peaceful End Of Life). Nyeri merupakan ketidaknyamanan sensori atau pengalaman emosi yang dihubungkan dengan aktual atau potensial kerusakan jaringan (Lenz, Suffe, Gift, Pugh, & Milligan, 1995; Pain terms, 1979).
ü  Pengalaman Menyenangkan
Nyaman / atau perasaan menyenangkan didefinisikan secara inclusive oleh Kolcaba (1991) sebagai kebebasan dari ketidaknyamanan, keadaan tenteram dan damai, dan apapaun yang membuat hidup terasa menyenangkan ” (Ruland and Moore, 1998, p 172).
ü  Pengalaman martabat (harga diri) dan kehormatan
Setiap akhir penyakit pasien adalah “ ingin dihormati dan dinilai sebagai manusia” (Ruland & Moore, 1998,p, 172). Di konsep ini memasukkan ide personal tentang nilai, sebagai ekspresi dari prinsip etik  otonomi atau rasa hormat untuk orang, yang mana pada tahap ini individu diperlakukan sebagai orang yang menerima hak otonomi, dan mengurangi hak otonomi orang sebagai awal untuk proteksi (United states, 1978).
ü  Merasakan Damai
Damai adalah “perasaan yang tenang, harmonis, dan perasaan puas, (bebas) dari kecemasan, kegelisahan, khawatir, dan ketakutan” (Ruland & Moore, 1998, p 172). Tenang meliputi fisik, psikologis, dan dimensi spiritual.
ü  Kedekatan untuk kepentingan lainnya
Kedekatan adalah “perasaan menghubungkan antara antara manusia dengan orang yang menerima pelayanan” (Ruland & Moore, 1998, p 172). Ini melibatkan kedekatan fisik dan emosi yang diekspresikan dengan kehangatan, dan hubungan yang dekat (intim).


 



Gambar 2-1 Hubungan antara konsep teori peacefull End of life (ruland C.M, dan Moore, S.M. (1998).  Teori konstruksi berdasarkan standar pelayanan: proposal dari teori peacefull end of life. Pandangan Keperawatan, 46(4),174.)


2.4  Asumsi Mayor Teori Peceull EOL
Karena teori Peaceful EOL diturunkan dari standar perawatan yang ditulis oleh tim perawat ahli dan professional yang sudah bepengalaman menghadapi kasus terminal, konsep metaparadigm mengikuti sifat dari fenomena keperawatan, perawatan yang kompleks dan holistic dibutuhkan sebagai syarat bisa terjadi peaceful EOL.
Dua  asumsi dari teori Ruland dan Moore (1998) adalah sebagai berikut:
a.    Kejadian dan perasaan pada perawatan peaceful EOL bersifat personal dan individual, sangat subjektif.
b.    Peran perawat sangat penting dalam menciptakan kondisi peaceful EOL. Perawat mengkaji dan menganalisa petunjuk atau data yang menggambarkan pengalaman seseorang tentang EOL yang diharapkan olehnya serta member intervensi yang sesuai untuk meningkatkan atau menjaga keadaan peaceful, bahkan pada pasien yang sekarat atau menjelang ajal dan tidak bisa berkomunikasi verbal.

Dua asumsi tambahan yang implicit atau tidak dituliskan secara langsung adalah:
a.    Keluarga, adalah istilah yang mempengaruhi semua secara signifikan, merupakan komponen penting dalam peaceful EOL
b.    Tujuan dari peaceful EOL bukan untuk mengoptimalkan perawatan, yang biasanya lebih kearah memberikan yang terbaik, perawatan paling canggih, yang biasanya mengarah kepada over treatment atau terlalu banyak diberi treatment. Tujuan dari perawatan EOL adalah memaksimalkan treatment, yang berarti memberikan yang terbaik yang masih mungkin bisa diterima, menggunakan teknologi yang memberikan kenyamanan untuk meningkatkan kualitas hidup dan mencapai kematian yang damai dan sukses.


2.5  Aspek Penekan dalam Teori Peacefull EOL
Enam hubungan secara eksplisit ditemukan sebagai theoritical assertation dalam teori ini yaitu
1.    Memonitor dan mengadministrasi pertolongan nyeri dan mempergunakan intervensi yang berdasar farmakologi dan nonfarmakologi yang berkontribusi kepada pengalaman pasien terhadap keadaan yang tidak nyeri.
2.    Mencegah, memonitor dan menolong ketidaknyamanan fisik pasien, memfasilitasi istirahat, relaksasi dan kesenangan, dan mencegah komplikasi yang dapat mengganggu kenyamanan pasien.
3.    Memasukkan pasien dan pihak penting  lain dalam pengambilan keputusan atas perawatan pasien. Melayani pasien dengan tanggung jawab, empati dan respek, dan penuh perhatian terhadap kebutuhan pasien yang diungkapkan, keinginan dan hal yang disukai lainnya yang dapat berkontribusi pada pengalaman martabat dan respek pasien.
4.    Menyediakan dukungan emosi, memonitoring dan memenuhi kebutuhan yang diungkapkan oleh pasien seperti kecemasan karena pengobatan, menumbuhkan kepercayaan, menyediakan untuk pasien dan keluarga akan panduan isu praktis, dan menyediakan kehadiran fisik lain jika diinginkan jika dapat membantu pasien akan kedamaian.
5.    Memfasilitasi partisipasi orang yang penting untuk pasien dalam perawatan pasien, membantu fase sedih, takut dan menjawab pertanyaannya dan memfasilitasi kesempatan untuk kedekatan keluarga yang dapat berpengaruh pada pengalaman pasien akan kedekatan.
6.    Pengalaman pasien saat tidak berada dalam sakit, nyaman, bermartabat, damai, kedekatan dengan orang lain yang penting untuk pasien dalam masa akhirnya.


2.6  Penerimaan Oleh Komunitas dan Pengembangan Lebih lanjut
  1. Penerimaan dalam Lingkup Praktek
Sebagian kecil tapi semakin banyak kutipan artikel mengenai teori Peacefull end of life atau akhir hidup damai. termasuk di sekolah universitas Clayton dari link halaman teori keperawatan dengan link ke American Journal of critical care, perawatan akhir kehidupan (Kirchhoff, Spuhler, Walker, Hutton, Cole, & Clemmer,2000). Liehr dan Smith (1999) mengacu pada perkembangan teori tentang standar praktek sebagai dasar untuk mengembangkan teori, Kehl (2006) mengutip dalam analisis konsepnyakematian yang baik” dan Baggs & Schmitt (2000) membahas potensi kegunaan teori sebagai sarana untuk meningkatkan pengambilan keputusan EOL atau akhir hidup pada orang dewasa yang sakit kritis. Kirchoff (2002) melanjutkan pembahasan dalam menciptakan lingkungan perawatan di Ruang Perawatan Intensif yang mempromosikan kematian yang damai dengan sintesis informasi dari tiga sumber (teori akhir hidup damai, Ruland & Moore,1998), institut kedokteran tentang definisi kematian damai (Field & Cassell,1997), dan ajaran dari the american association colleges of nursing's mengenai Kematian damai: kompetensi yang direkomendasikan dan pedoman kurikuler untuk asuhan keperawatan akhir hidup,1997).

  1. Penerimaan dalam Lingkup Pendidikan
Peaceful end of life atau akhir hidup damai telah diintegrasikan ke dalam kursus keperawatan untuk generasi dengan fokus pada perawatan pasien dan perawatan keluarga pada saat itu. Baru-baru ini, konten yang telah menjadi lebih standar dalam bentuk teori, kompetensi, dan panduan kurikuler. Ruland dan Moore (1998) adalah contoh awal dari sebuah teori akhir hidup sebagai bentuk perhatian terhadap rumah sakit dan perawatan paliatif yang telah dikembangkan. Ruland dan Moore (1998) dikutip oleh Kirchoff dan rekan (2000) ketika akhir kehidupan adalah topik fitur dari sebuah Continuing Education atau Pendidikan Berkelanjutan yang ditawarkan untuk perawat perawatan kritis di jurnal online mereka.

  1. Penerimaan dalam Lingkup Penelitian
Penelitian deskriptif dengan menggunakan teori akhir hidup damai oleh beckstrand, Callister, dan Kirchoff (2006) disurvei perawat perawatan kritis tentang bagaimana meningkatkan perawatan di akhir kehidupan. Menyediakan untuk sebuah “kematian yang baik” adalah tema nomor satu. teori akhir hidup merupakan  publikasi yang relatif baru sebagian dapat menjelaskan kesenjangan dalam literatur. kedua teori (Ruland dan Moore) melaporkan bahwa mereka secara rutin menerima pertanyaan tentang menggunakan teori dari mahasiswa pascasarjana, dan Ruland berencana untuk mulai menguji teori dalam program penelitiannya.

Pengembangan lebih lanjut
Karena teori Peaceful end of life relative baru, Ruland dan moore mengakui perlunya perbaikan dan pengembangan lebihl lanjut. ada sejumlah ide yang potensial untuk memajukan pengembangan ini dan menguji teori ini pada tahap perencanaan. Memungkinkan menguji hubungan diantara lima konsep mayor. Ide lain adalah mempertimbangkan penggabungan beberapa kriteria proses dari tiga konsep nyeri, keyamanan, dan perdamaian untuk mengeksplorasi hasil yang berkaitan dengan manajemen gejala fisik dan psikologis. Analisa konsep dan mapping dapat digunakan untuk menentukan apakah kriteria proses yang berhubungan dengan tiga konsep yang berbeda atau sama cukup untuk memungkinkan penggabungan. misalnya, untuk konsep nyeri, dua kriteria proses (monitoring dan mengelola rasa sakit dan menerapkan farmakologis dan intervensi non farmakologis) berkaitan erat dengan kriteria proses kenyamanan ( pencegahan, monitoring,  dan menghilangan ketidaknyamanan fisik) dan kriteria proses kedamaian (monitoring dan memenuhi kebutuhan pasien untuk obat anti kecemasan). Intervensi non medis ( contoh music, humor, relaksasi) yang berfungsi untuk mengalihkan perhatian pasien yang berguna untuk menghilangkan rasa sakit, kecemasan dan ketidaknyamanan fisik umum.  studi masa depan disarankan untuk mengeksplorasi hubungan dari teori kedamaian di akhir hidup (Peaceful End of Life Theory) ke teori middle range lain seperti satu untuk nyeri akut berdasarkan pedoman praktek (Good dan moore, 1996), manajemen nyeri (Good, 1998) dan gejala yang tidak menyenangkan (Lenz, pugh, Milligan, gift, dan suppe, 1997; Lenz, suppe, gift, pugh, Dan miiligan 1995

2.7  Kekuatan dan Kelemahan Teori
2.7.   1      Kekuatan Teori (Tomey, Ann Mariner & Alligood, Martha Raile, 2006)
}  Kelebihan dari Teori ini adalah dapat digunakan pada perawatan pasien sehari-hari. Baru dan Original serta berbasis dari standart perawatan dan dapat diarahkan secara langsung ke praktek  klinik (Jennifer Totten, Angela Baird, and Amy Howard, 2010) .
}  Fokus pada Teori ini tidak hanya pada Pasien saja tapi juga keluarga dan orang-orang penting lain disekitar pasien. Kita memberikan panduan untuk kelaurga dan orang terdekat lain, menjawab pertanyaan dan memberikan support.
}  Teori Peaceful EOL merupakan Framework yang mengilustrasikan Arah atau Jalan  untuk menjembatani keberlangsungan proses Teori-Practice-Research
}  Mengilustrasikan praktik dan standart praktik sebagai sumber untuk mengembangkan teori
}  Semua indikator hasil Teori Peaceful EOL ini dapat diukur

2.7.   2      Kelemahan Teori
}  Kelemahan dari Teori model ini adalah secara fakta tidak dapat menjawab adanya perbedaan budaya dalam hal penanganan orang akan meninggal. Sebagai contoh sebuah budaya hanya mengijinkan orang-orang tertentu untuk dapat masuk menemani pasien, sedangkan budaya lain mengharuskan seluruh keluarga untuk masuk. Budya lain mungkin memerlukan adanya ritual-ritual tertentu untuk mengantarkan pasien (Jennifer Totten, Angela Baird, and Amy Howard, 2010).
}  Kelebihan lain dalam teori ini adalah membutuhkan lebih banyak penelitian untuk mendukung teori ini sebagaimana pula kegunaan teori ini yang mempengaruhi penelitian keperawatan, pendidikan dan praktek. Dukungan empiris untuk semua hubungan membutuhkan validasi lebih lanjut (Nursing theory 2007, p. 11).
}  Tidak ada instrumen yang dikembangkan untuk mengukur hubungan antara konsep yang terdapat dalam Framework Teori Peacefull EOL, tidak ada instrumen yang dikembangkan untuk Teori Peacefull EOL (Tomey, Ann Mariner & Alligood, Martha Raile, 2006)


2.8  Kritik terhadap Teori Peacefull EOL
1.    Kejelasan
Semua elemen dari teori dinyatakan dengan jelas, termasuk pengaturan, asumsi, dan konsep-konsep dan pernyataan relasional. konsep-konsep ini bervariasi dalam tingkat abstraksi, dari lebih konkrit (nyeri dan kenyamanan) yang lebih abstrak (harga diri).
2.    Kesederhanaan
Walapun istilah tidak rumit dan pernyataan yang tegas dari ide-ide, teori telah digambarkan sebagai salah satu level yang tinggi dari middle range teori (Higgins dan Moore, 2000), terutama karena tingkat abstraksi dari kriteria hasil dan kompleksitas multidimensi  yang diungkapkan dalam hubunugan pernyataan ini.
3.    Keumuman
Teori Peaceful end of live memiliki batas-batas tertentu yang berkaitan dengan waktu, pengaturan, dan populasi pasien. itu dikembangkan untuk digunakan pada orang dewasa yang sakit parah dan keluarga mereka yang menerima perawatan dalam setting perawatan akut. Konsep peaceful end of live berasal dari konteks norwegia dan dengan demikian mungkin tidak sesuai untuk semua budaya. Namun demikian, konsep dan hubungan beresonansi dengan banyak perawat, dan komprehensif membahas aspek multidimensi dari perawatan Peaceful end of live. Sebagai contoh, indikator outcome  berhubungan dengan pembahasan lima konsep aspek teknik dari perawatan (tersedia intervensi farmokologi dan nonfarmakologi untuk menghilangkan gejala), komunikasi (membuat keputusan), aspek psikologi (dukungan emosi), dan martabat dan rasa hormat (memperlakukan pasien dengan bermartabat, empati dan rasa hormat).
  1. Presisi Empiris
Pengembangan teori ini menggunkan pemikiran induktif dan deduktif  yang menjadikan dasar kuat untuk mengembangkan pengujian hipotesis di antara kelima konsep teori.  Teoritis kongruensi dibuktikan menggunakan indikator hasil dari semua konseptualisasi perspektif pasien dan keluarga.


2.9   Aplikasi di Dalam dan Luar Negeri
Dari teori EOL yang dikembangkan oleh Ruland dan Moore, Asosiasi Institusi Pendidikan Keperawatan Amerika membuat kompetensi yang harus dipenuhi agar mahasiswa mampu memberikan pelayanan yang berkualitas kepada pasien dan keluarga pada akhir hayatnya. Ada 15 cara untuk mengembangkan kompetensi.
Dari 15 cara memengembangkan kompetensi tersebut, nilai atau atau aturan mayor yang bisa disimpulkan adalah:
1. Menghormati tujuan, kesukaan dan pilihan pasien
2. Memberikan perawatan yang komprehensif
3. Memanfaatkan kekuatan dari sumber daya yang ada, kolaborasi
4. Berfokus pada pemberian pelayanan
5. Membangun system dan mekanisme support

Pada aplikasi di dalam negeri, Teori ini kita fahami sebagai metode perawatan paliatif yakni bertujuan kepada pasien, keluarga, dan lingkungannya bagaimana mengerti, memahami, dan menerima kenyataan adanya sakit yang secara ilmu medis tidak ada harapan kembali sembuh secara optimal. Bentuk aplikasi yang disarankan akan lebih mudah apabila dapat mengikuti petunjuk dari pemerintah dalam hal ini melalui keputusan menteri kesehatan. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 812/MENKES/SK/VII/2007tentang Kebijakan perawatan paliatif
1.    Perawatan paliatif adalah pelayanan kesehatan yang bersifat holistik dan terintegrasi dengan melibatkan berbagai profesi dengan dasar falsafah bahwa setiap pasien berhak mendapatkan perawatan terbaik sampai akhir hayatnya.
2.    Rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan perawatan paliatif di Indonesia masih terbatasdi 5 (lima) ibu kota propinsi yaitu Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar dan Makassar. Ditinjau daribesarnya kebutuhan dari pasien, jumlah dokter yang mampu memberikan pelayanan perawatan paliatifjuga masih terbatas.
3.    Keadaan sarana pelayanan perawatan paliatif di Indonesia masih belum merata sedangkan pasien memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan yang bermutu, komprehensif dan holistik, maka diperlukankebijakan perawatan paliatif di Indonesia yang memberikan arah bagi sarana pelayanan kesehatanuntuk menyelenggarakan pelayanan perawatan paliatif.








BAB III
KASUS

  1. Kasus
Bapak Hartanto ( Bpk.H) 76 tahun adalah bekas seorang kepala desa. Bpk.H sekarang tinggal di rumah bersama isteri dan satu anaknya. Sedangkan 4 anaknya yang lain ada diluar kota bahkan anak yang pertama ada di luar pulau. Sehari hari Bpk.H menikmati masa pensiunnya dari PNS bersama isterinya di rumah. Jalan-jalan menyapa tetangga sekitar dan hal positif lainnya. Sikapnya yang ramah membuatnya sangat dihargai oleh tetangga sekitar.
Pasien merupakan penderita tekanan darah tinggi, gout dan rematik. Sebulan sebelumnya pasien mengalami serangan stroke namum mampu bertahan. Tapi seminggu belakangan kondisi pasien mulai menurun dan pasien menjadi lebih sering kesakitan. Pasien sendiri masih mampunyai adik yang masih hidup dan sangat dekat diwaktu muda dulu namun sekarang sudah ajrang bertemu. Pasien berharap dapat bertemu dengan adiknya tersebut untuk terakhir kalinya. Di lain sisi, sang adik yang berada di luar kota tidak mampu mengadakan perjalanan yang jauh, Pasein merasa sedih mendengarnya.
Banyak tetangga yang mengunjunginya di rumah sakit saat ini, namun pasien akhir-akhir ini Bapak H ingin keadaan yang lebih tenang dan nyaman dengan keluarganya. Dia tidak meninggalkan catatan khusus bagaimana dia ingin meninggal, hanay menyampaikan kepada isterinya bahwa ia tidak ingin penanganan yang berlebihan. Dan Istrinya juga telah menandatangani form DNR.  Terdapat diskusi di tenaga kesehatan untuk memberikan makanan dan minuman secara IV dan Tube dan pendapat keluarga dan tenaga kesehatan berbeda. Bagaimana penerapan teori peacefull EOL pada pasien ini?

B.   Penerapan teori dalam praktek
Teori ini dikembangkan berdasar logika deduktif dan induktif. Fitur unik dari teori ini adalah dia dikembangkan dari standart pelayanan. The Peacefull EOL standart diciptakan oleh perawat ahli dalam respon kurangnya managemen untuk mengatasi kompleksnya masalah dalam menghadapi pasien terminal. Standart ini dikembangkan untuk unit layanan Surgical gastroenterological di rumah sakit pendidikan Norway. Kemudian, standart ini menjadi jembatan logis antara praktek dan teori. Standart ini untuk menyediakan pernyataan kredibel yang menjelaskan peran praktisi dan tanggung jawab serta outcome yang diharapkan yang dapat dievaluasi.
Dalam  perkembangan pengetahuan yang instan ini, standart pelayanan ini dapat pertimbangkan sebagai tahap sementara yang secara efektif menghubungkan antara teori dan praktek. Teori Peaceful end of live memiliki batas-batas tertentu yang berkaitan dengan waktu, pengaturan, dan populasi pasien. itu dikembangkan untuk digunakan pada orang dewasa yang sakit parah dan keluarga mereka yang menerima perawatan dalam setting perawatan akut. Teori Peacefull EOL ini berfokus kepada 5 Kriteria utama dalam perawatan end of life pasien yaitu :1) bebas nyeri, 2) merasa nyaman,  3) merasa berwibawa dan dihormati,  4) damai, 5) kedekatan dengan anggota keluarga dan pihak penting lainnya.

  1. Not being in Pain
Bebas dari penderitaan atau gejala disstres adalah hal yang utama diinginkan pasien dalam pengalaman EOL (The Peaceful End Of Life). Nyeri merupakan hal sensori yang tidak nyaman atau pengalaman emosi yang dihubungkan dengan aktual atau potensial kerusakan jaringan (Lenz, Suffe, Gift, Pugh, & Milligan, 1995; Pain terms, 1979).
Dari kasus yang dialami oleh Bpak H. Kenyamana dapat dikaji secara fisik dan spiritual. Secara Fisik didapatkan data bahwa pasien selama seminggu terakhir mengalami rasa skit. Berdasarkan Teori EOL ini, bebas dari rasa nyeri adalah salah satu standart yang diajukan sehingga perawat harus memberikan intervensi untuk mengatasinya.
Di dalam teori juga disebutkan bahwa untuk mencapa keadaan yang bebas nyeri, perawat dapat melakukan dua hal, yaitu pemantauan dan pegelolaan rasa sakit serta intervensi baik dalam bentuk farmakologis atau non-farmakologis. Dalam pengelolaan nyeri, perawat dapat menggunakan metode skala nyeri untuk dapat menentukan perkembangan nyeri. Dalam intervensi non-farmakologis, perawat dapat menggunakan tekhnik relaksasi dan juga distraksi. Relaksasi dengan cara message atau lingkungan yang nyaman, Distraksi dapat dilakukan dengan cara memberikan pasien tontonan atau bacaan yang sesuai dengan keinginan pasien. Untuk intervensi farmakologis, tentunya perawat harus mengkonsultasikan-nya kepada dokter untuk pemberian obat anti-nyeri.

  1. Experience of Comfort
Nyaman/ atau perasaan menyenangkan didefinisikan inclusive, menggunakan Kolcaba dan Kolcaba’s  (1991) dalam pekerjaan adalah sebagai “ pembebasan dari ketidaknyaman, untuk mencapai bagian yang nyaman dan puas untuk tenang dan apapun yang membuat hidup menjadi mudah atau menyenangkan” (Ruland and Moore, 1998, p 172).
Di dalam kasus didapatkan data bahwa Bapak H cenderung merasa tidak nyaman dengan adanya kungjungan terus menerus oleh tetangga. Beliau ingin lebih dekat dan tenang dengan keluarganya.
Berdasarkan teori Peacefull EOL Ada 3 hal yang dapat dilakukan. Yang pertama adalah Mencegah, memonitor dan membebaskan ketidaknyamanan fisik. Berikutnya adalah memasilitasi istirahat, relaksasi, dan kesukaan. Yang terakhir untuk kenyamanan pasien adalah mencegah komplikasi yang dapat mengganggu kenyamanan.
Intervensi pertama dapat dilakukan untuk membebaskan ketidaknyamanan fisik yang mungkin dirasakan pasien. Perawat dapat meminta persetujuan keluarga untuk tidak memasang/melepas alat-alat medis yang terpasang seperti infus, ngt dan lainnya. Konsultasi dengan keluarga serta pasien tentunya dilakukan terlebih dahulu.
Berikutnya adalah untuk memberikan waktu istirahat kepada pasien. Perawat dapat memberikan waktu-waktu tertentu dimana pasien ignin beristirahat, Perawat dapat melakukannya dengan cara tidak melakukan tindakan-tindakan pada waktu tersebut sehingga pasein tidak terganggu. Kedatangan/kunjungan tetangga pasien dirasakan pasien mengganggu di akhir-akhir waktunya, sehingga kita sebagai perawat dapat memfasilitasinya dengan memberikan batasan terhadap tetangga yang ingin berkungjung.
Yang terakhir adalah dengan mencegah komplikasi yang dapat mengganggu kenyamanan. Pasien merupakan pasien pasca stroke yang mempunyai masalah tekanan darah tinggi. Menjaga tekanan darah pasien tetap normal sehingga tidak menghasilkan ketidaknyamanan seperti rasa pusing dan lainnya dapat dijadikan dasar intervensi keperawatan.


  1. Experience o Dignity
Setiap akhir penyakit pasien adalah “ ingin dihormati dan dinilai sebagai manusia” (Ruland & Moore, 1998,p, 172). Di konsep ini memasukkan ide personal tentang nilai, sebagai ekspresi dari prinsip etik  otonomi atau rasa hormat untuk orang, yang mana pada tahap ini individu diperlakukan sebagai orang yang menerima hak otonomi, dan mengurangi hak otonomi orang sebagai awal untuk proteksi (United states, 1978).
Didalam teori Peacefull EOL ada tiga standart yang dapat dijadikan pedoman. Yang pertama adalah Mengikutsertakan pasien dan pihak penting lain dalam pengambilan keputusan. Seperti contohnya tadi adalah keputusan tentang pembebasan rasa nyeri atau menjaga kenyamanan pasien. Perawat dapat mengikutsertakan pasien dan keluarga dalam melakukan pilihan alternati penatalaksanaan agar martabat pasien terjaga dan pasien merasa dihargai. Yang kedua adalah melayani pasien dengan empati, hormat dan menghargai martabatnya. Hal ini dapat dilakukan dalam keseharian interaksi perawat dengan pasien, baik waktu tindakan atau tidak. Menyapa klien dengan ramah setiap bertemu, menghargai cerita pasien atau sekedar tersenyum daapt memberikan makna positif. Standart terakhir adalah menjadi perhatian terhadap kebutuhan pasien. Seperti misalnya pasien terlihat menahan nyeri maka perawat dengan aktif dapat menanyakannya dan memberikan pilihan penatalakanaannya. Keinginan pasien juga menjadi perhatian, bila mungkin pasien ingin kehadiran keluarga, maka perawat tentunya dapat mengakomodasikannya dengan menghubungi keluarga pasien.

  1. Being at peace
Damai adalah “Perasaan yang tenang, harmonis, dan perasaan puas, (bebas) dari kecemasan, kegelisahan, khawatir, dan ketakutan” (Ruland & Moore, 1998, p 172). Tenang meliputi fisik, psikologis, dan dimensi spiritual.
Ada 5 kritetia yang diberikan oleh Ruland and Marlyn dalam poin ini. Yang pertama adalah untuk memberikan dukungan emosional kepada pasien. Disaat menjelang akhir hidupnya, pasien pasti merasakan kegelisahan emosional. Perawat dapat memberikan intervensi psikologis yang ada untuk membantu menenangkan pasien Yang kedua adalah dengan memonitoring kebutuhan pasien akan obat anti-cemas. Dalam hal ini pasien tidak merasakan kecemasan yang berarti sehingga tidak membutuhkan pengobatan. Ketiga adalah dengan menunjukkan kepercayaan. Agar pasien merasakan kedamaian, maka dianjurkan dalam teori ini untuk mewujudkan hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien. Yang keempat adalah memberikan bimbingan kepada pasien dan orang terdekat dalam permasalahan praktek yang dihadapi semisal pasien atau keluarga mengalami masalah terhadap bantuan memberi makan pasien. Terakhir adalah dengan Menyediakan bantuan fisik dari caregiver lain, jika diperlukan.



  1. Closeness To Significant Others
Kedekatan adalah “perasaan menghubungkan antara antara manusia dengan orang yang menerima pelayanan” (Ruland & Moore, 1998, p 172). Ini melibatkan kedekatan fisik dan emosi yang diekspresikan dengan kehangatan, dan hubungan yang dekat (intim).
Pada Kasus diatas terdapat sebuah poin yang cukup penting dimana sebenarnya pasien ingin bertemu dengan adiknya yang sudah lama tak berjumpa. Maka sesuai dengan kriteria pertama dari pon kedekatan dengan orang penting bagi pasien, perawat dapat memfasilitasi akan kehadiran orang tersebut. Karena adik pasien tidak dapat hadir secara fisik, maka dengan perkembangan zaman kita dapat memberikan fasilitas telepon untuk pasien sehingga persaan dekat dengan orang penting/keluarga dapat tercapai.
Intervensi kedua yaitu dengan memberikan suport kepada keluarga dengan memasilitasi pertanyaan yang diajukan keluarga, mengantarkan keluarga pasien dalam melewati fase berdukanya. Selanjutnya adalah memberi peluang untuk keakraban keluarga. Perawat dapat melakukannya dengan memberikan waktu dan tempat bagi keluarga untuk berduka terhadap kepergian pasien.


Inti dari teori ini adalah bagaimana membantu pasien dan keluarga untuk mendapatkan perawatan yang berkualitas di masa-masa akhir pasien. Cornelia dan Shirley membagi pelayanan yang berkualitas ini kedalam 5 pokok hal penting seperti dijelaskan diatas. Kelima hal inilah yang kemudian dapat menjadi standart bagi perawat untuk memberikan perawatan





BAB IV
PENUTUP


4.1  Kesimpulan
-       Teori Peacefull End Of Lie yang dikembangkan oleh Cornelia M Ruland dan Shirley M Moore ini adalah teori yang memiliki setting pada perawatan akhir hidup pasien
-       Teori ini berfokus bagaimana memberikan pelayanan yang berkualitas pada pasien di masa akhirnya
-       Teori ini membaginya ke dalam 5 Kriteria yaitu : 1) bebas nyeri, 2) merasa nyaman,  3) merasa berwibawa dan dihormati,  4) damai, 5) kedekatan dengan anggota keluarga dan pihak penting lainnya.
-       Kelebihan dari teori ini aadlah teorinya yang baru, original serta dapat diaplikasikan dalam perawatan pasien sehari-hari
-       Sedangkan kekurangan dari aplikasi ini adalah belum mengakomodir adanya faktor budaya serta hubungan diantara kelima konsep tersebut.

4.2  Saran
Teori Peacefull EOL ini merupakan teori yang bagus untuk dapat dijadikan standart pelayanan keperawatan palliatif di Indonesia. Seperti saran terhadap teori ini sendiri, diperlukan lebih banyak penelitian sebelum standart yang berdasar teori ini ditetapkan.






DAFTAR PUSTAKA

Cahill suzanne, et al. 2012. Guidelines for nursing homes delivering end-of-life care to residents with dementia across the island of Ireland. Quality in ageing and older adults, vol 13(1).
Kirchhoff, Karin T. (2002). Promoting a peacefull death in the ICU. School of Nursing, University of Wisconsin. USA. Crit Care Nure Clins NA. Elsevier Science (USA)

Limerick, M. H. (2007). The process used by surrogate decision makers to withhold and withdrawal life-sustaining measures in an intensive care environment. Oncology Nursing Forum, 34(2), 331-339. 

Murrish jennifer. 2010. Development of an end-of-life care/decision Pamphlet in the ICU. California State University, Chico
Nursing Theory Peaceful End of Life-Cornelia Ruland and Shirley Moore. Nursing 5330 Theories and Therapies Texas Tech University Health Sciences Center School of Nursing, Submitted to: Yondell Masten, October 17, 2007.
Ningsih sri ningning. 2011. Pengalaman perawat dalam memberikan perawatan paliatif pada anak dengan kanker di wilayah Jakarta. Universitas Indonesia. Jakarta
Ruland, Cornelia M. RN, PhD & Moore, Shirley, M. RN, PhD. Theory Construction Based on Standards of Care: A Proposed Theory of the Peaceful End of Life. Nursing Outlook, 1998, 46 (4), p.169-75.
Tomey, Ann Mariner & Alligood, Martha Raile (2006). Middle range theories: Peaceful end of life theory. Nursing Theorists and Their Work, (pp.775-781). Missouri: Mosby.


0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Facebook Themes