Monday, November 7, 2016

Peran Perawat dan Kepemimpinan dalam Keperawatan untuk membangun Patien Safety dan Kualitas Keperawatan dalam Akreditasi JCI




Peran Perawat dan Kepemimpinan dalam Keperawatan
untuk membangun Patien Safety dan Kualitas Keperawatan dalam Akreditasi JCI



Berdasar penelitian Arnawilis dkk (2010), Kepemimpinan Kepala ruangan dalam kinerja perawat menujukan berpengaruh yang positif atau baik kerena pemimpin yang baik akan meningkatkan kinerja perawat pelaksana. Kesimpulan yang diambil dalam penelitian itu adalah diharapkan kepada kepala ruangan dapat merubah gaya dan karakteristik pemimpin kearah yang lebih baik dan untuk kinerja perawat diharapakan dapat mempertahankan kinerja kearah yang lebih baik lagi dan terus meningkatkan pelayanan kepada pasien sedangkan pengaruh kepemimpinan kepala ruangan terhadap kinerja sangat berpengaruh yang positif atau baik karena pemimpin yang baik akan memperhatikan perawat-perawatnya (Arnawilis dkk, 2010).
Rumah sakit sebagai Institusi Pelayanan Kesehatan haruslah memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.  Oleh karena itulah untuk memenuhi hal tersebut maka Rumah Sakit harus melakukan proses Penetapan Kelas, Perizinan, Registrasi dan Juga Akreditasi (KemKes RI, 2010). Hal ini juga sejalan dengan menjelangnya era pasar bebas atau dikenal AFTA (Asean Free Trade Assosiation) dimana untuk menghadapinya diperlukan kesiapan yang mantap dari semua sektor, termasuk sektor kesehatan khususnya rumah sakit. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit, diantaranya adalah akreditasi rumah sakit yang ada saat ini mulai dituntut oleh masyarakat pengguna jasa pelayanan rumah sakit (Departemen Kesehatan RI, 1990). Dan secara Legal Hukum-pun,  undang-undang pun telah mengaturnya melalui Undang-Undang Kesehatan no 44 tahun 2009 pasal 40 ayat 1 yang menyatakan bahwa bahwa dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3 tahun sekali (UU No.44 tahun 2009).

Perawat sendiri sebenarnya memiliki peran penting dalam suksesnya Akredtiasi ini, karena sebagai tulang punggung pelayanan kesehatan di rumah sakit, mereka harus selalu siaga selama 24 jam untuk menghadapi tugas-tugas rutin dan menghadapi berbagai situasi darurat seperti kondisi kesehatan pasien yang kritis dan sebagainya (Widyarini, 2005).  Perawat memiliki peran penting bagi suatu rumah sakit (RS) dalam memenuhi standar pelayanan internasional. Guna memberikan pelayanan yang baik, perawat harus memperhatikan standar pelayanan sesuai akreditasi Joint Commision International (JCI), yaitu keselamatan pasien dan kualitas perawatan pasien.

Akreditasi dan Akreditasi JCI
Berdasarkan Kementrian Kesehatan RI (2010), Akreditasi adalah Suatu pengakuan yang diberikan oleh pemerintah kepada Rumah Sakit karena telah memenuhi standart yang telah ditentukan. Sedangkan menurut American Nurse Association, Akreditasi adalah sebuah proses pengakuan secara sukarela yang mana sebuah institusi, organisasi atau agensi memasukkan sebuah analisis yang mendalam untuk menentukan kapasitas dari orhanisasi untuk menyediakan dan/atau menyetujui kualitas kegiatan pendidikan berkelanjutan dalam keperawatan dalam sebuah waktu tertentu (ANA, 1996, p.5). Akreditasi JCI atau JCI merupakan suatu lembaga independen Luar Negeri yang telah ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan sebagai pelaksana Akreditasi Internasional. Standar Akreditasi Nasional terangkum dalam Standar Akreditasi Rumah Sakit, sedangkan Standar Akreditasi Internasional terangkum pada edisi ke 4 Joint Commission International Accreditation Standars for Hospital. Akreditasi JCI adalah sebuah inisiati variatif yang didesain untuk merespon pertumbuhan permintaan seluruh dunia untuk evaluasi standart di pelayanan kesehatan. Tujuannya adalah untuk menawatkan komunitas international sebuah ‘standart based’, sebuah proses objektif untuk mengevaluasi organisasi pelayanan kesehatan. Hasil yang ingin dicapai dari program ini adalah untuk menstimulasi demonstrasi dari keberlangsungan, perkembangan yang terus menerus pada organisasi pelayanan kesehatan dengan menerapkan standart konsensus internasional, Internasional Pasien Saety, dan suport pengukuran data (JCI, 2011).
Semua Akreditasi JCI dan Sertifikasinya memiliki karakteristik sebagai berikut (JCI, 2011) :  1).Standart Konsensus Internasional, dikembangkan dan dipertahankan oleh gugus kerja internasional dan diakui oleh ‘Internasinal Board’ sebagai dasar dari program akreditasi ini; 2).Philosophy yang mendasari dari standart adalah berdasar kepada prinsip managemen kualitas dan perbaikan yang terus menerus; 3).Proses Akreditasi didesain untuk mengakomodasi aspek legal, religious dan budaya dari perawatan pasien didalam sebuah negara; 4).Tim Survey ‘on-site’ dan agendanya akan bervariasi bergantung dari ukuran dan tipe pelayanan. Sebagai contoh organisasi besar yang banyak spesialisasinya akan memerlukan empat hingga lima hari survey oleh Dokter, perawat dan administrasi; 5).Akrediasi JCI didesain untuk menajdi Valid, reliable dan Objective. Berdasar dari analisis dan temuan survey, keputusan Final Akreditasi akan diambil oleh Komite Internasional.

Kepemimpin dalam Akreditasi JCI
Menurut Wiriadihardja (1987), leadership (kepemimpinan) adalah kemampuan seseorang yang dengan cara apapun mampu mempengaruhi pihak lain, untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu, sesuai dengan kehendak orang itu, sehingga berhasil mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kata kepemimpinan digunakan dalam dua hal mendasar dalam percakapan sehari-hari: (1) mengacu pada proses gerakan suatu kelompok (atau beberapa kelompok) orang dalam arah yang sama tanpa paksaan dan (2) mengacu pada orang yang memainkan peran di mana kepemimpinan (dalam definisi pertama) diharapkan (Siagian, 1999). Dalam organisasi publik, bawahan bekerja selalu tergantung pada pimpinan. Bila pimpinan tidak memiliki kemampuan memimpin, maka tugas tugas yang sangat kompleks tidak dapat dikerjakan dengan baik. Apabila manajer mampu melaksanakan fungsi-fungsinya dengan baik, sangat mungkin organisasi tersebut dapat mencapai sasarannya. Suatu organisasi membutuhkan pemimpin yang efektif, yang mempunyai kemampuan mempengaruhi perilaku anggotanya atau anak buahnya (Alimuddin, 2002). Hal ini menunjukkan pentingnya peran seorang pemimpin dalam kesuksesan sebuah akreditasi dimana Pemimpin yang tidak efektif dapat membawa kegagalam pemberian pelayanan yang berkualitas dan sebaliknya.
Di dalam sebuah akreditasi, maka diperlukan  sebuah pemenuhan akan standart yang dipersyaratkan melalui perubahan-perubahan yang dilakukan. Perubahan mulai dari visi-misi hingga pelayanan kepada pasien akan diperlukan agar Rumah Sakit tersebut dapat berhasil dalam proses akreditasi.  Oleh karena itu diperlukan pemimpin yang mampu merubah atau pemimpin Transformasional karena tipe pemimpin inilah yang dapat membawa perubahan. Secara konseptual, kepemimpinan transformasional di definisikan (Bass dalam Gibson, 2000), sebagai kemampuan pemimpin mengubah lingkungan kerja, motivasi kerja, dan pola kerja, dan nilai-nilai kerja yang dipersepsikan bawahan sehingga mereka lebih mampu mengoptimalkan kinerja untuk mencapai tujuan organisasi. Berarti, sebuah proses transformasional terjadi dalam hubungan kepemimpinan manakala pemimpin membangun kesadaran bawahan akan pentingnya nilai kerja, memperluas dan meningkatkan kebutuhan melampaui minat pribadi serta mendorong perubahan tersebut ke arah kepentingan bersama termasuk kepentingan organisasi (Bass dalam Gibson, 2000). Perubahan-perubahan yang dibawa oleh pemimpin Transformasional ini anntinya diharapkan dapat membawa kualitas pelayana kepada tingkat yang memenuhi standard akreditasi JCI yang lebih terfokus pada aspek ‘patien-safety’ dan kualitas pelayanan kesehatan.
Peran Perawat dalam Akreditasi JCI
Perawat memiliki peran penting bagi suatu rumah sakit (RS) dalam memenuhi standar pelayanan internasional. Guna memberikan pelayanan yang baik, perawat harus memperhatikan standar pelayanan sesuai akreditasi Joint Commision International (JCI), yaitu keselamatan pasien dan kualitas perawatan pasien. "Hal tersebut yang menjadi dasar pentingnya pemahaman perawat tentang perannya dalam layanan kepada pasien," kata Direktur Keperawatan RS Premier Jatinegara, Taryudi Sarta, SKM,MM.  Taryudi menjalaskan untuk memberikan perawatan yang baik, perawat harus memperhatikan standar pelayanan sesuai akreditasi JCI,keselamatan pasien dan kualitas perawatan pasien. "Semua hal ini saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain untuk mendapatkan akreditasi JCI dalam sebuah RS," (Inilah.com, 2010).
Patien Safety. Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi penilaian risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan pasien koma, pelaporan dan analisis accident, kemampuan belajar dari accident dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko (Dep Kes R.I, 2006).  Perawat harus menyadari perannya sehingga harus dapat berpartisipasi aktif dalam mewujudkan patient safety. Metode tim dalam keperawatan perlu menjadi strategi dalam penanganan patient safety karena metode tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan, yaitu seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok pasien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif. (Sitorus, 2006). Pada metode ini juga memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh. Adanya pemberian asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. (Nursalam, 2002). Jadi dengan pemberian asuhan keperawatan yang menyeluruh kepada pasien diharapkan keselamatan pasien dapat diperhatikan, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan.

Peran perawat dalam patien safety juga dikuatkan oleh penelitian Maria Vonny, dkk (2013) dimana hasil penelitiannya  sejalan dengan penelitian yang dilakukan Maryam, dkk. (2000), ada hubungan antara pengidentifikasian pasien dengan kepuasan pasien. Pengidentifikasian pasien yang benar adalah salah satu kunci keberhasilan program keselamatan pasien di rumah sakit, sehingga kejadian cedera/tidak diharapkan dapat dihindari. Dengan identifikasi pasien secara benar dan tepat, perawat akan dapat memahami kebutuhan dan keinginan pasien. Pengetahuan dan Motivasi Perawat penting dalam ‘patien safety’. Penelitian tentang hubungan pengetahuan dan motivasi dengan sikap mendukung penerapan program patient safety di Rumah Sakit Umum Daerah Moewardi Surakarta, oleh Aryani (2008) menyimpulkan bahwa pengetahuan perawat pelaksana tentang konsep patient safety baik dan sikap mendukung penerapan program patient safety tinggi.  Hal senada juga diungkapkan Selleya (2013) dalam penelitiaannya dimana Ada hubungan pengetahuan perawat dengan pelaksanaan keselamatan pasien (patient safety) di Ruang Rawat Inap RSUD Liun Kendage Tahuna, dimana 95% perawat pelaksana mempunyai pengetahuan baik tentang pelaksanaan keselamatan pasien, dan ada hubungan sikap perawat dengan pelaksanaan keselamatan pasien (patient safety).





DAFTAR PUSTAKA

Arnawilis dkk, 2010. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Ruang Rawat Terhadap Kinerja Perawat Di Ruangan Rawat Inap Penyakit Dalam Rsud Indrasari Rengat . ikm.htp.ac.id/wp-content/uploads/2013/08/JURNAL-NO-5.doc‎.
American Nurses’ Association. (2010). Nursing’s Social Policy Statement.3rd ED. Silver Springs, MD: Nurse Books.
Ariyani. (2009). Analisis pengetahuan dan motivasi perawat yang mempengaruhi sikap mendukung penerapan program patient safety di Instalasi Perawatan Intensif Di RSUD Moewardi Surakarta. Tesis. Program Pasca Sarjana UNDIP. Dipublikasikan.
Gibson, James L., Ivancevich, John M., dan Donnelly, James H. (2000). Organizations: Behavior, Structure, Processes. Boston: Irwin McGraw-Hill.
Kemkes RI, 2010. Akreditasi Rumah Sakit. http://buk.depkes.go.id/index.php?option=com _docman&task=doc_download&gid=672&Itemid=132
Maryam, D, Nurrachmah dan Hastono, S. P. (2009). Hubungan penerapan tindakan keselamatan pasien oleh perawat pelaksana dengan kepuasan pasien di RSU Dr Soetomo Surabaya. Buletin penelitian RSUD Dr. Soetomo. Vol. 11 No. 4 Desember 2009, Diakses 26-06- 2012.
Maria Vonny dkk, 2013. Peran Kepala Ruangan Melakukan Supervisi Perawat Dengan Penerapan Patient Safety Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit. Program Studi Ilmu Keperawatan UNHAS : Makssar.
Nursalam, (2002). Manajemen keperawatan. aplikasi dalam praktik keperawatan profesional. Salemba Medik. Jakarta.
Sumijatun. 2010. Konsep Dasar Menuju Keperawatan Profesional. Jakarta : Trans Info Media
            ———. 2010. Definitin of Credentialing.available at.www.ehow.com (update on 10 nov 2010)
Sitorus, R. (2006). Metode praktik keperawatan pofessional di rumah sakit. penataan struktur & proses (sistem) pemberian asuhan keperawatan di ruang rawat.EGC. Jakarta.

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Facebook Themes