Monday, November 7, 2016

Pemecahan Dilema Etika Keperawatan





2.1.      Definisi Dilema Etik
Dilema didefinsikan sebagai sebuah masalah yang menghadapkan seseorang dengan pilihan diantara beberapa opsi yang terlihat sama sama tidak difavoritkan. Sebagai contoh dalam kasus dimana seseorang dalam kondisi ‘vegetative stage’ atau tidak kunjung membaik, mungkin menghadapi keputusan untuk memperpanjang kemungkinan hidup yang kecil , atau tidak memiliki harapan hidup yang terlihat seperti sebuah kehidupan namun tanpa kualitas, atau membiarkan pasien meninggal dengan sendirinya. Dilema ini sepertinya akan menghadapkan tenaga kesehatan, oran tua, dan mereka yang mencintainya sebagai seorang pasien. Bagaimanapun ini akan menjadi fokus bagi perawat dan juga terlebih lagi, keluarga sering meminta bantuan perawat untuk memberian pertolongan dan kenyamanan  dalam situasi ini (Lachman, 2006).

2.2.Model Pertanyaan Etik
Model dari pertanyaan etik dalam gambaran bunga mungkin  dapat menunjukkan sebuah proses keputusan etik ini  bekerja.  Setiap helai daun bunga akan menunjukkan rentetan pertanyaan dari sebuah topik atau isu yang dipikirkan. Seseorang dapat berkeliling ke setiap helai daun sampai dia merasa bahwa semua pertanyaan atau isu telah terungkapkan dan memuaskan semua pihak. Dan sebagaimana peserta dalam perjalanan ini berkeliling bersama dalam pembuatan keputusan mereka, mereka akan kembali ke dalam pusat ‘ethical concern’. Pemikiran tentang isu ini tidak akan mengikuti jalan pemikiran yang sama karena selalu akan ada informasi baru. Sulit menentukan suatu keputusan dalam sebuah rentang waktu, atau apakah keputusan ini memang sudah yang paling benar.

  



Tujuan dari digunakannya bermacam  pendekatan ini untuk menunjukkan bahwa tidak ada satu jalan saja untuk mengekspose situasi ini. Juga penting untuk dikenali bahwa hasil dari isu etik ini akan bergantung kepada orang-orang yang terlibat di dalamnya, bukan berarti bahwa keputusan etik yang dibuat dipengaruhi oleh pendapat personal. Ini hanya berarti bahwa memecahkan isu ini tidak didalam keadaan yang abstrak. Setiap situasi akan berbeda, bergantung kepada faktor hubungan, prinsip, outcomes, kewajiban dan komitmen dari setiap orang yang terlibat didalamnya (CARNA, 2005).

2.3.Model untuk “ethical decision-making(CARNA, 2005).
1.             Information & Identification
• Concern
• People/Population
• Ethical Components




2.4.      Prinsip Etik
Menurut Gililand (2010) prinsip etik meliputi : autonomy, beneficence, nonmaleficence dan justice yang seharusnya menjadi arahan bagi perawat dalam menghadapi dilema etik.
a.          Autonomy biasanya didefinisikan sebagai ‘self-governance atau  self-determination’. Individu bertindak secara otonomi ketika mereka mengambil keputusan dengan cara dan kepercayaan mereka sendiri sebagai dasar keputusan mereka.
b.          Beneficience mengandung arti kemurahan hati, kebaikan dan derma. Orang harusnya bertindak dalam rangka memberikan kebaikan untuk orang lain. Peraturan etik ini diperoleh dari prinsip beneficience yang termasuk didalamnya adalah ‘removing harm’, ‘preventing harm’ dan menyediakan keuntungan. Beneficience adalah fondasi dasar dari American Nurses’ Association Code for Nurses dan menjadi hal yang penting untuk praktik keperawatan.
c.           Nonmaleficience berdasar kepada prinsip bahwa orang memiliki kewajiban untuk bertindak dalam etika sehingga tidak menimbuklan bahaya untuk orang lain. Kewajiban ini termasuk bahaya yang sengaja ataupun tidak disengaja baik kelalaian atau tidak. Untuk sederhananya, aturan etik yang didapat dari prinsip Nonmaleficience ini adalah tidak melakukan sesuatu yang dapat membahayakan orang lain baik sengaja atau tidak sengaja dari sebuah tindakan atau kegagalan dalam bertindak.
d.          The principle of justice melingkupi struktur dasar dari society, memperlakukan orang secara adil, menyediakan pelayanan sesuai hak dan memperlakukan orang pada lingkungan yang sama dengan perlakuan yang sama. Perawat menghadapi dilema etik setiap hari dalam merawat pasien dan keluarga. Pengambilan keputusan dalam dilema etik seperti pada ‘elder abuse’, membutuhkan pertimbangan sistematis dari adanya prinsip etik yang berkonflik dan juga teori etik.

2.5.      Pemecahan kasus dilema etik
Menurut Geoffrey (1994) kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh para ahli dan pada dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan/ pemecahan masalah secara ilmiah, antara lain :
a.           Teori Megan tentang model pemecahan masalah
Menurut Megan ada lima langkah-langkah dalam pemecahan masalah dalam dilema etik antara lain :
1)            Mengkaji situasi
2)             Mendiagnosa masalah etik moral
3)            Membuat tujuan dan rencana pemecahan
4)            Melaksanakan rencana
5)            Mengevaluasi hasil
b.          Teori Kozier et al Kerangka  pemecahan dilema etik
Menurut Kozier et al menjelaskan kerangka pemecahan dilema etik adalah sebagai berikut :
1)         Mengembangkan data dasar
Untuk melakukan ini perawat memerukan pengumpulan informasi sebanyak mungkin meliputi :
a.       Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana keterlibatannya
b.      Apa tindakan yang diusulkan
c.       Apa maksud dari tindakan yang diusulkan
d.      Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan yang diusulkan.
2)         Mengidentifikasi konflik  yang terjadi berdasarkan situasi tersebut
3)         Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut
4)         Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil yang tepat
5)         Mendefinisikan kewajiban perawat
6)         Membuat keputusan
c.          Model Murphy dan Murphy
1)         Mengidentifikasi masalah kesehatan
2)         Mengidentifikasi masalah etik
3)         Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan
4)         Mengidentifikasi peran perawat
5)         Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin dilaksanakan
6)         Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif keputusan
7)         Memberikan keputusan
8)         Mempertimbangkan bagaimanan keputusan tersebut hingga sesuai dengan falsafah umum untuk perawatan klien
9)         Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan menggunakan informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan berikutnya.
d.          Langkah-langkah menurut Purtilo dan Cassel (1981)
Purtilo dan cassel menyarankan 4 langkah dalam membuat keputusan etik
1)         Mengumpulkan data yang relevan
2)         Mengidentifikasi dilema
3)         Memutuskan apa yang harus dilakukan
4)         Melengkapi tindakan
e.           Langkah-langkah menurut Thompson & Thompson ( 1981)
1)         Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan yang diperlukan, komponen etis dan petunjuk individual.
2)         Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi
3)         Mengidentifikasi Issue etik
4)         Menentukan posisi moral pribadi dan professional
5)         Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait.
6)         Mengidentifikasi konflik nilai yang ada
f.           Berdasarkan kerja dari  Van Hoose and Paradise (1979), Kitchener (1984), Stadler (1986), Haas and Malouf (1989), Forester-Miller and Rubenstein (1992), dan Sileo and Kopala (1993) kedalam praktik, sequential, tujuh tahap, dan  model ‘ethical decision making’
1)         Mengidentifikasi Masalah
Kumpulkan sebanyak mungkin informasi yang kita dapat kumpulkan yang dapat menjelaskan permasalahan atau situasinya. Menuliskannya kedalam sebuah kertas mungkin dapat memberikan kejelasan. Menggarisbawahi fakta, memisahkan ucapan yang tidak langsung, asumsi, hipotesa dan kecurigaan.  Terdapat beberapa pertanyaan yang dapat kita ajukan kepada diri sendiri. Apakah ini masalah etik, legal, profesi atau masalah klinik? Apakah ini kombinasi dari masalah diatas? Jika ada pertanyaan tentang masalah legal, maka carilah saran tentang legal. Pertanyaan lain yang dapat diajukan adalah apakah isu ini berhubungan dengan saya, dan apa yang sya lakukan atau tidak lakukan? Apakah ini berhubungan dengan klien dan/atau hubungannya dengan klien dan apa yang meraka lakukan atau tidak lakukan.
Jika masalh ini dapat diselesaikan dengan mengimplementasikan ketentuan dari institusi, maka kita dapat melihat arahan dari institusi. Hal yang baik untuk mengingat bahwa dilema yang kita hadapi seringkali adalah masalah kompleks, sehingga arahan yang bermanfaat untuk menjelaskan masalah dari beberapa perspektif dan menghindari solusi yang simpel saja.
2)         Mengaplikasikan kode etik ACA
Setelah kita mengklarifikasi masalahnya, lihatlah Code of Ethics (ACA, 2005) untuk melihat apakah isu ini dapat diselesaikan disana. Jika terdapat standart aplikasi atau beberapa standart dan terdapat jalan yang spesifik dan jelas, ikuti arahan ini dan mungkin akan ditemukan resolusi yang tepat.
Jika masalah yang dihadapi lebih komplek dan sebuah resolusi sepertinya tidak dapat diselesaikan dengan baik, maka kamu sepertinya mendapatkan dilema etik yangs ebenarnya dan kamu perlu menggali lebih dalam lagi.
3)         Menentukan asal dan dimensi dilema
Terdapat beberapa jalan yang dapat diikuti untuk memastikan bahwa kamu telah memeriksa masalah itu ke dalam beberapa dimensi.
a.       Pertimbangkan prinsip moral dari autonomy, nonmaleficence, beneficence, justice, dan fidelity. Tentuka prinsip yang mana yang dapat diaplikasikan untuk situasi spesifik ini. Tentukan Prinsip mana yang lebih prioritas pada kasus ini. Dalam teorinya, semua prinsiop memiliki nilai yang sama, yang berarti ini adalah tugasmu untuk menentukan mana yang lebih penting pada saat nilai ini berkonflik.
b.      Review literatur profesional yang sesuai untuk memastikan kamu menggunakan cara berpikir profesional yang paling baru dalam membuat keputusan.
c.       Konsultasikan dengan teman atau supervisi profesional yang memiliki pengalaman. Sebagaimana mereka mereview dengan kamu informasi yang kamu kumpulkan, mereka mungkin dapat menemukan isu lain yang relevan atau memberikan cara pandang baru yang mungkin belum kamu pertimbangkan.
d.      Konsultasikan kepada persatuan profesional didaerahmu atau negaramu. Mungkin mereka dapat memberikan bantuan.

4)         Menentukan tindakan yang potensial
Brainstorming merupakan salah satu tindakan yang paling tepat digunakan dalam kondisi ini. Kreatif dalam membuat pertimbangan-pertimbangan yang terbaik. Jika memungkinkan pilihlah salah satu partner untuk membantu anda menentukan pilihan.
5)         Mempertimbangkan semua konsekuensi yang mungkin terjadi  dan menetukan tindakan yang tepat.
Mempertimbangkan semua informasi yang telah dikumpulkan dan prioritas tindakan yang telah ditetapkan. Melakukan evaluasi pada setiap pilihan dan mempertimbangkan konsekuensi yang potensial bagi semua pihak yang terlibat. Pertimbangkan  implikasi dari setiap tindakan yang akan dilakukan untuk klien, untuk orang lain, dan untuk diri sendiri sebagai konselor. Mengeliminir pilihan yang jelas tidak memberikan hasil yang diinginkan atau lebih memperkeruh keadaan. Evaluasi kembali pilihan yang tersisa untuk menentukan pilihan atau kombinasi pilihan terbaik sesuai situasi dan membicarakan prioritas-prioritas yang telah anda identifikasi
6)         Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
Lakukan review pada tindakan yang akan dilakukan. Stadler (1986) menyarankan untuk menerapkan tiga tes sederhana untuk memastikan bahwa pilihan yang dipilih merupakan pilihan yang tepat.  Yang pertama adalah uji keadilan, pertimbangkan dan renungkan dahulu apakah anda akan memperlakukan hal sama pada diri anda dan orang lain. Yang kedua publisitas, evaluasi diri anda apakah jika anda melakukan sebuah kesalahan anda bersedia kesalah anda ini dipublikasikan pada pers. Yang terakhir adalah tes universalitas, apakah pilihan anda ini bisa diberlakukan pada semua orang dalam situasi yang sama. Jika tindakan yang telah anda pilih justru menimbulkan masalah baru, maka anda harus kembali ke langkah awal dan kembali mengevaluasi setiap langkah yang diambil.
7)         Mengimplementasikan tindakan yang telah ditentukan
Mengambil keputusan yang dalam dilema etik merupakan suatu hal yang sulit. Pada keputusan final seringkali melibatkan ego anda untuk meprioritaskan rencana yang telah anda pilih dan menurut anda telah sesuai. Jika anda telah menerapkan tindakan yang telah anda pilih, jadikan itu sebagai evaluasi untuk menilai apakah tindakan anda memiliki efek positif atau justru konsekuensi buruk yang didapatkan.





BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1.      Kesimpulan
Berbagai permasalahan etik dapat terjadi dalam tatanan klinis yang melibatkan interaksi antara klien dan perawat. Permasalahan bisa menyangkut penentuan antara mempertahankan hidup dengan kebebasan dalam menentukan kematian, upaya menjaga keselamatan klien yang bertentangan dengan kebebasan menentukan nasibnya, dan penerapan terapi yang tidak ilmiah dalam mengatasi permasalah klien. Dalam membuat keputusan terhadap masalah dilema etik, perawat dituntut dapat mengambil keputusan yang menguntungkan pasien dan diri perawat dan tidak bertentang dengan nilai-nilai yang diyakini klien. Pengambilan keputusan yang tepat diharapkan tidak ada pihak yang dirugikan sehingga semua merasa nyaman dan mutu asuhan keperawatan dapat dipertahankan. Perawat harus berusaha meningkatkan kemampuan profesional secara mandiri atau secara bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan untuk menyelesaikan suatu dilema etik.
3.2.      Saran
Pembelajaran tentang etika dan moral dalam dunia profesi terutama bidang keperawatan harus ditanamkan kepada mahasiswa sedini mungkin supaya nantinya mereka bisa lebih memahami tentang etika keperawatan sehingga akan berbuat atau bertindak sesuai kode etiknya (kode etik keperawatan).



DAFTAR PUSTAKA

CARNA. (2005).  Etichal decision-making for registerd nurses in alberta : guidelines and recommendations. www.nurses.ab.ca
Gililand, M. (2010). A systematic approach to ethical decision-making for nurses confronted with ethical problems involving elder abuse. www2.mysanantonio.com/client_pdfs/ElderAbuseHCTEU8-10.pdf
Geoffrey, H. (1994). Ethical in nursing. New York : Press (padstow) Ltd.
Lachman, V. D. (2006). Applied ethics in nursing. United State of America: Bang Printing.
Miller, H. F., & Davis, T. (1996). A practitioner's guide to ethical decision making. American Counseling Association
Velasquez, M., Andre, C., Shanks, T., & Meyer, M. J. (1996). Thinking ethically: a framework for moral decision making. www.scu.edu
Toward a moral horizon: Nursing ethics for leadership and practice (p.515) by J. L. Storch, P. Rodney, & R. Starzomski (Eds.), 2004. Toronto: Pearson Prentice Hall. Copyright 2004 by Pearson Education Canada Inc.


0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Facebook Themes