Monday, November 28, 2016




PEMANFAATAN TEKNOLOGI TELEKOMUNIKASI (TELENURSING) DALAM KASUS HENTI JANTUNG. “LET’S YOUR SMARTPHONE SAVING YOU”



Latar Belakang
Dunia saat ini sedang menghadapi peningkatan angka kejadian, kematian dan disability yang luar biasa dari penyakit kronik. Data statistik yang dikemukakan oleh WHO (2008) menunjukkan bahwa 60% kematian manusia pada umumnya disebabkan oleh penyakit kronik dan 80%-nya terjadi pada negara dengan pendapatan yang rendah dan sedang. WHO juga memproyeksikan kematian global akibat penyakit kronik akan meningkat 17% selama 10 tahun kedepan dengan angka kematian tertinggi akan terjadi di daerah Pasifik barat dan Asia tenggara. Diabetes, penyakit cardiovaskuler, penyakit pernafasan dan kanker merupakan pembunuh terbesar dunia yang menyebabkan 35 juta kematian setiap tahunnya (ICN, 2010).

Untuk kasus henti jantung sendiri berdasarkan data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) melalui survey di Amerika mengatakan bahwa selama periode Oktober 2005 hingga Deember 2010 didapatkan sekitar 31,689 kasus cardiac arrest yang terjadi di luar rumah sakit (Bryan et al, 2011). Sementara itu di Indonesia berdasarkan hasil dari laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007, diapatkan rasio 5,1% kematian akibat penyakit kantung iskemik pada semua umur dan 7,2% pernah mengalami gejala penyakit jantung.  Diperkirakan sekitar 10 ribu warga, atau berarti 30 orang per hari terkena penyakit jantung. Kejadian terbanyak dialami oleh penderita jantung koroner (Depkes, 2006). Hal yang paling penting dipahami bagi perawat dan lainnya adalah untuk mengerti besarnya permasalahan dan dibutuhkannya aksi segera untuk promosi kesehatan, pencegahan penyakit, penyediaan perawatan dan managemen yang tepat bagi yang membutuhkan (ICN, 2010).


Dengan tidak adanya resusitasi cardiopulmonary (CPR) dan / atau defibrilasi listrik, seperti tidak adanya aktivitas kelistrikan jantung (asistole), maka akan diikuti dengan kematian dalam hitungan menit (Vaillancourt & Stiell, 2004). Kualitas hidup penderita pasca cedera akan sangat bergantung pada apa yang telah dia dapatkan pada periode Pre Hospital Stage bukan hanya tergantung pada bantuan di fasilitas pelayanan kesehatan saja. Jika di tempat pertama kali kejadian penderita mendapatkan bantuan yang optimal sesuai kebutuhannya maka resiko kematian dan kecacatan dapat dihindari.  Begitu cedera terjadi maka berlakulah apa yang disebut waktu emas (The Golden periode). Setiap detik sangat berharga bagi kelangsungan hidup penderita. Semakin panjang waktu terbuang tanpa bantuan pertolongan yang memadai, semakin kecil harapan hidup korban (Irawan, 2013).
Dua poin penting yang menjadi perhatian disini adalah masalah prevalensi dan waktu. Poin pertama mengenai masih banyak dan akan semakin berkembangnya angka kejadian serangan jantung di dunia terutama pula Indonesia. Sebagai negara yang sedang berkembang mengarah ke negara maju, masyarakat sekarang sudah semakin banyak yang membeli makan-makanan cepat saji dan lainnya. Hal ini membutuhkan pemahaman perawatan untuk membuat aksi dan terobosan yang mampu mengatasi dan mengantisipasinya. Yang kedua adalah mengenai pentingnya penanganan segera pada pasien henti jantung. Semakin cepat penanganan yang diberikan kepada pasien, bukan hanya semakin cepat personel emergency atang ke lokasi, akan semakin meningkatkan tingkat keselamatan pasien.
Penggunaan Teknologi dalam bidang kesehatan tidak bisa dibantah lagi. Sejak dulu teknologi sudah menjadi salah satu ujung tombak pelayanan kesehatan, dan tidak ada salahnya kita mencoba memanaatkan teknologi berbasis internet/telephone yang dalam keperawatan disebut dengan ‘Telenursing’. Telenursing yang masuk ke dalam Telehealth menawarkan perawat dan petugas kesehatan lainnya untuk menyediakan layanan kesehatan tidak terbatas jarak, diantara dua lokasi, melalui penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (CRNNS, 2008). Dengan tidak ada jarak antara penolong dengan penderita, maka tidak ada waktu lama yang diperlukan dan akan semakin cepat pula penanganan dapat diberikan.


Manfaat
Sebagai perawat tidak perlu berarti harus selalu berkutat dengan pasien di rumah sakit atau tentang ‘rutinitas’ asuhan keperawatan saja. Menghadapi masih tingginya angka kejadian henti jantung, kedepannya dibutuhkan perhatian untuk ide-ide atau terobosan dalam mengantisipasinya. Masyarakat seharusnya mengembangkan program untuk merespon kegawatan jantung termasuk di dalamnya adalah pengenalan secara cepat gejala ACS oleh pasien dan lingkungannya seperti petugas kesehatan dan penyedia layanan masyarakat serta aktivasi segera EMS (AHA, 2010).
Pemanfaatan teknologi dalam keperawatan ini (telenursing) diharapkan dapat menjadi sebuah terobosan sendiri yang benar-benar dapat diaplikasikan dan dapat membawa nama keperawatan. Penggunaan telenursing ini tentunya mengandalkan teknologi yang masih belum banyak terdapat fasilitasnya di pedesaan, tapi harapannya dapat meningkatkan tingkat keselamatan pasien henti-jantung di wilayah perkotaan di Indonesia.


Kajian Literatur

Telehealth – Telenursing
Sementara itu Telenursing adalah komponen dari telehealth yang terjadi ketika perawat berhubungan dengan pasien menggunakan informasi, komunikasi dan sistem berbasis web. Telenursing telah didefinisikan sebagai pemberian, managemen dan koordinasi dari perawatan dan pelayanan kesehatan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (CNO, 2005). Berdasarkan Canadian nurses association (2001, p. 1), penggunaan teknologi telehealth dalam keperawatan sesuai dengan filosoi dari perawatan kesehatan primer dan seharusnya dapat menjadi bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang terintegrasi untuk meningkatkan, bukan menggantikan pelayanan kesehatan yang telah ada dan untuk memperbaiki akses, membuat pelayanan kesehatan menjadi tepat dan efisien.
Perawat telehealth telah menyatu dengan beberapa bagian sistem pelayanan kesehatan sebgai alternatif yang diinginkan untuk akses konsumen sistem pelayanan kesehatan. Walaupun telehealth juga termasuk ke dalam bagian dari praktek keperawatan, dan perawat teregistrasi telah memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menyediakan layanan yang aman, kompeten dan ber-etik,  pengetahuan, pendidikan dan kemampuan tambahan diperlukan untuk praktek telenursing (CRNNS, 2008).
Perawat pada beberapa setting praktek (misal ambulatory care, call centres, family practice, outpatient dan departemen emergensi) telah secara reguler menggunakan bentuk dari praktek telenursing yang sekarang semakin meningkat seiring dengan perkembangan teknologi. Beberapa contoh penggunaanya antara lain (CNO, 2005; Centre for e-Health nursing, 2006; Canadian  nursing Informatics association) :
-       Pada seting triage dan penyediaan informasi layanan kesehatan melalui protokol atau alogaritma berbasis software melalui call-centre.
-       Mempromosikan perawatan diri dengan menyediakan inormasi kesehatan dan menjawab pertanyaan melalui telepon atau email.
-       Memfasilitasi konferensi baik audio maupun video dengan penyedia layanan kesehatan atau antara layanan kesehatan dengan klien (misal pada wiilayah desa).
-       Menggunakan kamera dalam konsultasi dengan tenaga profesi lain dengan mengirim gambar dari klien mereka (misal luka atau lessi)
-       Mengirimkan informasi vital pasien seperti data EKG melalui transmisi elektronik.
-       Menggunakan video, komputer dan data lain untuk memonitor kondisi kesehatan klien.

Mereka yang pro terhadap penggunaan telenursing mengatakan bahwa telenursing dapat meningkatkan  akses publik ke pelayanan kesehatan, terutama bagi mereka yang ada di wilayah pedesaan (wialayah kanada) dan bagi mereka dengan status kesehatan yang terganggu. Mereka juga berpendapat bahwa telenursing dapat menurutkan waktu tunggu, mengurangi kunjungan tidak perlu ke dalam pelayanan emergency dan dokter, memungkinkan klien untuk meninggalkan rumah sakit lebih dahulu atau tinggal di rumah sebelum masuk ke rumah sakit sehinnga dapat mengurangi biaya untuk perjalanan, dan biaya lainnya (Curran & Church, 1999, p. 48).
Sementara itu, pedoman untuk telenursing ditengah-tengah semakin berkembangnya teknologi adalah sebagai berikut, bahwa telenursing yang efektif seharusnya :
-       Menambah pelayanan kesehatan yang ada
-       Meningkatkan akses yang optimal dan bilamana itu sesuai dan dibutuhkan mampu untuk menyediakan akses cepat kepada layanan kesehatan.
-       Mengikuti peraturan peraturan yang ada tapi tetap memiliki manfaat
-       Memperbaiki atau meningkatkan kualitas perawatan
-       Melindungi konfidensial dan privasi dan kemanan dari informasi terkait hubungan perawat dengan pasien
 (Personal Information Protection & Electronic Documents Act, 2000, Division  4, no. 20: CRnns Documentation Guidelines for Registered Nurses, 2005, p. 13).

Smartphone
Smartphone atau ponsel cerdas adalah sebuah ponsel yang mampu melakukan berbagai fungsi komputer, biasanya memiliki layar yang luas dan sistem operasi yang dapat menjalankan berbagai aplikasi.  Bagi yang lainnya, telepon cerdas hanyalah merupakan sebuah telepon yang menyajikan fitur canggih seperti surel (surat elektronik), internet dan kemampuan membaca buku elektronik (e-book) atau terdapat papan ketik (baik sebagaimana jadi maupun dihubung keluar) dan penyambung VGA. Dengan kata lain, telepon cerdas merupakan komputer kecil yang mempunyai kemampuan sebuah telepon.
Beberapa manfaat atau keunggulan utama darpi smartphone ini dapat dilihat dari sisi Hardware maupun Sotwarenya (Fadli, 2013).
Dari sisi Hardware, Smartphone memiliki prosesor dengan kecatan tinggi. Manfaarnya adalah untuk menunjang berbagai aktivitas smartphone mulai dari layar, suara hingga aplikasi-aplikasi yang dijalankan. Kemudian adalah adanya Kamera dengan kualitas yang baik. Kamera dari sebuah smartphone manfaat utamanya adalah sebagai alat perekam video, melakukan panggilan video dan bahkan mengambil atau mengumpulkan ribuan momen dan pemandangan terbaik kedalam ribuan format foto dengan cara yang lebih mudah.
Dari sisi Sotware, manfaat utama dari Ponsel pintar (smartphone) adalah perangkat teknologi modern yang sudah diketahui dapat menjalankan software dengan lebih baik bahkan software dari pihak ketiga. Contoh manfaat smartphon dari sisi software adalah tersedianya layanan akses data. Layanan ini dapat dimanfaatkan oleh setiap smartphone untuk memungkinkan penggunanya terhubung dengan konektivitas internet setiap saat dimanapun mereka berada. Layanan akses data pada smartphone adalah bermanfaat untuk keperluan browsing, Email, Chating hingga posting. Contoh berikutnya manfaat dari segi banyaknya aplikasi yang tersedia pada sebuah smartphone. Ponsel pintar (Smartphone) adalah perangkat yang tidak hanya sekedar digunakan untuk melakukan sms, menerima dan menjawab panggilan saja, hadirnya pusat aplikasi pada setiap ponsel pintar, maka ponsel cerdas (smartphone) kini dapat dimanfaatkan sebagai pendukung bisnis, sarana belajar dan sarana hiburan atau game.
Sementara itu ternyata penjualan Smartphone di Indonesia cukup mencengangkan. Berdasar data penelitian dari Mediacell, Indonesia menempati urutan nomor dua dalam 10 daftar pasar yang mengalami pertumbuhan penjualan smartphone pada tahun ini.  Dilansir Phonearena, Rabu (15/1/2014), penjualan smartphone di Brasil akan mencapai 47 juta unit pada tahun ini, di mana 38,2 juta unit merupakan dibeli oleh pengguna baru smartphone. Sementara Indonesia, akan ada 46 juta unit smartphone akan terjual dengan 22,9 juta unit di antaranya dimiliki oleh pengguna smartphone baru (Prayogi, 2014). 



Pembahasan- clinical significant
Aplikasi Penggunaan Smartphone dalam kasus kegawat-daruratan Henti-jantung
            Saat ini diperkotaan masyarakat sudah semua memiliki ponsel dan sudah banyak dinataranya yang mempergunakan Smartphone. Penggunaan Smartphone untuk kasus henti jantung ini memiliki persyaratan bahwa di tempat tersebut sudah terdapat akses internet yang memadai. Hal ini tentunya belum dapat dicapai oleh mereka yang dipedesaan, tapi tentunya inovasi harus terus berlanjut tanpa menunggu mereka yang tertinggal. Harapannya masyarakat di perkotan dengan sarana dan infrastruktur yang telah memadai dapat mulai mempertmbangkan penggunaan sistem seperti ini.
Text Box: Gambar 1. Ilustrasi bantuan yang diberikan smartphone





Beberapa aplikasi penggunaan Smartphone yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :

1.    Panggilan Suara
Penggunaan panggilan suara sendiri sebenarnya sudah tidaka asing lagi dalam penanganan kegawatdaruratan. Di dalam penanganan kasus henti jantung, first responder atau keluarga dapat memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan seperti misalnya waktu kejadian, umur penderita, keadaan umum penderita dan lainnya. Sementara itu, petugas kesehatan dapat memberikan bantuan berupa pemberian informasi mengenai langkah-langkah yang diperlukan.
Bahkan AHA sendiri telah memasukkan penggunaan layanan panggilan suara ini ke dalam alogaritma penanganan Acut Coronary Syndrom. Dikatakan bahwa Emergency Dispatcher dapat menyediakan instruksi kepada pasien atau pemanggil sebelum EMS datang. Kareda aspirin harus segera diberikan secepat mungkin setelaha adanya tanda-gejala dari pasien. Menjadi hal yang rasional untuk EMS dispatcher menginstuksikan pasien dengan tidak ada sejarah alergi untuk mengunyah aspirin (AHA, 2010).


Gambar 2. Bagian dari alogaritma penanganan ACS di prehospital



2.    Global Positioning System (GPS)
GPS atau Global Positioning System, merupakan sebuah alat atau sistem yang dapat digunakan untuk menginformasikan penggunanya dimana dia berada (secara global) di permukaan bumi yang berbasiskan satelit. Data dikirim dari satelit berupa sinyal radio dengan data digital. Dimanapun anda berada, maka GPS bisa membantu menunjukan arah, selama anda melihat langit. Layanan GPS ini tersedia gratis, bahkan kitaa tidak perlu mengeluarkan biaya apapun kecuali membeli GPS recierver-rya. Penggunaan GPS alam kasus henti jantung adalah supaya lokasi persis dari pasien dapat diketahui secara pasti dan akurat. Ambulance yang dikirim untuk menyelamatkan pasien dapat menggunakan posisi  GPS pasien untuk mencari rute terdekat yang dapat ditempu/alternate route. Dengan rute yang terdekat yang ditempuh, diharapkan ambulance dapat sampai dengan lebih cepat sehingga penanganan menjadi lebih dini dilakukan.



Gambar 3. Penggunaan GPS dalam penentuan Rute di Google Maps




3.    Aplikasi Gawat Darurat
Penggunaan aplikasi kesehatan pada smartphone sudah ada di beberapa vendor seperti Samsung. Kesehatan sudah menjadi bagian dari gaya hidup modern saat ini.

 




Dalam kasus henti Jantung, aplikasi gawat darurat dapat menjadi point paling penting dan akan sangat membantu dalam hal berikut :
-      1.  Alogaritma Penanganan Korban Gawat darurat
Pada bagian ini, akan ada alogaritma penanganan henti jantung yang dapat memandu penolong untuk memberikan bantuan mulai dari pengaktifan EMS Sistem, pemberian pertolongan CPR hingga bantuan Obat.
-      2.  Obat-obatan dan informasi lain
Di sini akan ada informasi mengenai jenis obat-obatan yang dapat digunakan pada kasus henti jantung. Mulai dari nama, indikasi hingga dosis. Dengan bantuan EMS dispatcher yang memberikan asistensi, penolong dapat memberikan obat yang sesuai.
-       3. Pengecekan Kesehatan
Saat ini di Samsung Galaxy S5 sudah dilengkapi sensor untuk mengukur denyut jantung. Hal ini tentunya akan sangat berguna bagi layanan emergency. 
-       4. Pengaktian EMS dan sistem lain.
Aplikasi ini seyogyanya ketika diaplikasikan akan langsung mengaktifkan sistem EMS yang ada di kota tersebut dan mengirimkan lokasi GPS dari pasien. Aplikasi juga dapat mengirimkan sms atau pemberitahuan kepada nomor telephone keluarga bahwa pasien sedang mengalami serangan jantung.

4.    Kamera
Penggunaan Kamera dalam kesehatan yaitu untuk mengambil gambar dari kondisi pasien. Kondisi yang sering atau sudah sering memanfaatkan teknologi ini adalah adanya luka, baik luka gores ataupun luka bakar. Saat ini kamera-kamera smartphone sudah memiliki kualitas kamera yang cukup baik dimulai dari kapasitas 3MP hingga tertinggi 21 MP pada Nokia PureView. Pada kasus henti-jantung, foto dari pasien dapat digunakan untuk menilai kondisi umum pasien, apakah pasien sadar atau pingsan? Apakah warna utama dari kulit pasien? Dan hal lainnya.

5.    Video Call
Smarphone saat ini tidak lagi hanya dibekali kamera belakang saja, tapi juga sudah dibekali oleh front camera/kamera depan yang dapat digunakan untuk panggilan video/video call. Dengan video call, pasien/penolong dapat berinteraksi langsung dengan tenaga kesehatan. Petugaspun dapat melihat secara langsung kondisi dari pasien,apakah pasien kesakitan, dimana posisi sakitnya, dan bagaimana kondisi umumnya. Video call memungkinkan untuk interaksi langsung dua-arah dengan pasien/penolong.

Hal yang perlu dipersiapkan
Sistem ini merupakan sistem yang lebih ‘advance’ dari keadaan umum di Indonesia tapi sekali lagi seharusnya sudah dapat mulai diaplikasikan di kota-kota besar dimana akses internet sudah memadai. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan sistem ini adalah :
-       Sitem jaringan internet yang memadai
-       Undang-undang atau peraturan yang menaungi
-       Sitem di Rumah Sakit sendiri yang mampu untuk mengakomodirnya.
-       Kemampuan petugas kesehatan sendiri
-       Sosilisasi kepada masyarakat akan aplikasi ini.


Kesimpulan
            Cardiac Arrest adalah situasi gawat darurat dimana dibutuhkan penanganan yang cepat akrena waktu sangat berharga untuk pasien. Layanan Telenursing adalah pemberian, managemen dan koordinasi dari perawatan dan pelayanan kesehatan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Dengan menggunakan Teknologi, maka waktu yang dibutuhkan untuk dapat memberikan intervensi kepada pasien dapat dilakukan dengan cepat sehingga survival rate pasien dapat meningkat. Penggunaan Smartphone dapat mendukung layanan telenursing karena berbagai keunggulannya. Penggunaan smartphone dapat memberikan manfaat dalam hal panggilan suara, GPS, aplikasi gadar, kamera dan video call. Memang sistem ini terkesan canggih dan belum dapat dipalikasikan pada semua wilayah indonesia tapi paling tidak kota besar suah dapat memulainya dengan mempersiapkan hal-hal yang diperlukan.









Datar Pustaka

American Heart Association CPR and First Aid. (2013). About cardiopulmonary resuscitation (CPR).
Bryan., et al. (2011). Out-of-hospital cardiac arrest surveillance — cardiac arrest registry to enhance survival (CARES), united states. Morbidity and Mortality Weekly Report Surveillance Summaries / Vol. 60 / No. 8.Cummins, et al. (1991). Recommended guidelines for uniform reporting
College of nurses of ontario. (2005). Telepractice: Practice Guideline. Toronto: author. TelenURsInG PRaCTICe GUIDelInesColleGe of ReGIsTeReD nURses of nova sCoTIa24
College of Physicians and surgeons of ontario. (2001). Consent to Medical Treatment, Policy #1-01. [on-line] available: www.cpso.on.ca/policies/consent.htm
Cummins, et al. (1991). Recommended guidelines for uniform reporting of data from out-of-hospital cardiac arrest: the utstein style. task force of the american heart association, the european resuscitation council, the heart and stroke foundation of canada, and the australian resuscitation council. Ann Emerg Med. 20:861-74.
CRNNS, 2008. Telenursing Practice Guidline. College of Registered nurses of nova scotia – www.cmns.ca. Nova Scotia : Canada
Curran, v.R., & Church, J.G. (1999). a study of rural women’s satisfaction with a breast cancer self-help network. Journal of Telemedicine and Telecare, 5(1), 47-54. Retrieved august 1, 2006,  from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?cmd=Retrieve&db=PubMed& list_uids=10505369&dopt=abstract
Departemen Kesehatan. (2006). Pharmaceutical care untuk pasien penyakit jantung koroner : Fokus sindrom koroner akut.
Dang S, Dimmick S, Kelkar G. Evaluating the evidence base for the use of home telehealth remote monitoring in elderly with heart failure. Telemed J E Health 2009;15:783–96.
Dorr, D., Bonner, L., Cohen, A., Shoai, R., Perrin, R., Chaney, E., Young, A. (2006). Informatics systems to promote im­proved care for chronic illness: A literature review. Informatics Systems for Chronic Illness, 14, 156-163.
Department of Health (2012) Evaluating the Benefits and Effectiveness of Telehealth and Telecare Services. tinyurl.com/DH-telehealth-telecare
Hersh, W. R., Wallace, J. A., & Patterson, P. K. (2001). Telemedicine for the Medicare program. Evidence report/technology assessment no. 24. Retrieved January 31, 2006, from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/bv.fcgi?rid= hstat1.chapter.33002

ICN, 2010. DELIVERING QUALITY, SERVING COMMUNITIES: NURSES LEADING CHRONIC CARE. - International Council of Nurses, 3, place Jean-Marteau, 1201 Geneva, Switzerland
Irawan. 2013. Carut marutnya pelayanan Gawat darurat di Indonesia. http://pkko.fik.ui.ac.id/files/PELAYANAN%20GAWAT%20DARURAT.doc
Koch, S. (2005). Home telehealth – Current state and future trends. International Journal of Medical Informatics, 1-12.
Meystre, S. (2005). The current state of telemonitoring: A comment on the literature. Telemedicine and e-Health, 11(1), 63-68.
O’Connor, Robert E et.al. 2010. Acute Coronary Syndrome : 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. Circulation : Journal of The American Heart Association. Doi : 10.1161/CirculationAHA.110.971028
Prayogi, Gesit, 2014. Tahun ini, 46 Juta Smartphone baru aktif di Indonesia. http://techno.okezone.com/
Steventon A et al (2012) Effect of telehealth on use of secondary care and mortality: findings from the Whole System Demonstrator cluster randomised trial. British Medical Journal 2012; 344: e3874.Scottish Intercollegiate Guidelines Network. 2007. Acute Coronary Syndrome. NHS Quality Improvement Scotland
Vaillancourt C, Stiell I, Wells G. Understanding and improving low bystander CPR rates: a systematic review of the literature. CJEM. 2008;10(1):51-65
 “Whole Systems Demonstrators: an Overview of Telecare and Telehealth,” 2009, http://www.dh.gov.uk/prod digitalasset/consum dh/groups/dh digitalassets/documents/dh 100947 .pdf.


0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Facebook Themes