Tuesday, November 21, 2017

CONTOH PENYELASAIAN KASUS TEORI END OF LIFE (EOL) Cornelia M Ruland



KASUS

  1. Kasus
Bapak Hartanto ( Bpk.H) 76 tahun adalah bekas seorang kepala desa. Bpk.H sekarang tinggal di rumah bersama isteri dan satu anaknya. Sedangkan 4 anaknya yang lain ada diluar kota bahkan anak yang pertama ada di luar pulau. Sehari hari Bpk.H menikmati masa pensiunnya dari PNS bersama isterinya di rumah. Jalan-jalan menyapa tetangga sekitar dan hal positif lainnya. Sikapnya yang ramah membuatnya sangat dihargai oleh tetangga sekitar.
Pasien merupakan penderita tekanan darah tinggi, gout dan rematik. Sebulan sebelumnya pasien mengalami serangan stroke namum mampu bertahan. Tapi seminggu belakangan kondisi pasien mulai menurun dan pasien menjadi lebih sering kesakitan. Pasien sendiri masih mampunyai adik yang masih hidup dan sangat dekat diwaktu muda dulu namun sekarang sudah ajrang bertemu. Pasien berharap dapat bertemu dengan adiknya tersebut untuk terakhir kalinya. Di lain sisi, sang adik yang berada di luar kota tidak mampu mengadakan perjalanan yang jauh, Pasein merasa sedih mendengarnya.


Banyak tetangga yang mengunjunginya di rumah sakit saat ini, namun pasien akhir-akhir ini Bapak H ingin keadaan yang lebih tenang dan nyaman dengan keluarganya. Dia tidak meninggalkan catatan khusus bagaimana dia ingin meninggal, hanay menyampaikan kepada isterinya bahwa ia tidak ingin penanganan yang berlebihan. Dan Istrinya juga telah menandatangani form DNR.  Terdapat diskusi di tenaga kesehatan untuk memberikan makanan dan minuman secara IV dan Tube dan pendapat keluarga dan tenaga kesehatan berbeda. Bagaimana penerapan teori peacefull EOL pada pasien ini?

Image result for TEORI END OF LIFE (EOL) Cornelia M Ruland
Cornellia M Rulannd

B.   Penerapan teori dalam praktek

Teori ini dikembangkan berdasar logika deduktif dan induktif. Fitur unik dari teori ini adalah dia dikembangkan dari standart pelayanan. The Peacefull EOL standart diciptakan oleh perawat ahli dalam respon kurangnya managemen untuk mengatasi kompleksnya masalah dalam menghadapi pasien terminal. Standart ini dikembangkan untuk unit layanan Surgical gastroenterological di rumah sakit pendidikan Norway. Kemudian, standart ini menjadi jembatan logis antara praktek dan teori. Standart ini untuk menyediakan pernyataan kredibel yang menjelaskan peran praktisi dan tanggung jawab serta outcome yang diharapkan yang dapat dievaluasi.
Dalam  perkembangan pengetahuan yang instan ini, standart pelayanan ini dapat pertimbangkan sebagai tahap sementara yang secara efektif menghubungkan antara teori dan praktek. Teori Peaceful end of live memiliki batas-batas tertentu yang berkaitan dengan waktu, pengaturan, dan populasi pasien. itu dikembangkan untuk digunakan pada orang dewasa yang sakit parah dan keluarga mereka yang menerima perawatan dalam setting perawatan akut. Teori Peacefull EOL ini berfokus kepada 5 Kriteria utama dalam perawatan end of life pasien yaitu :1) bebas nyeri, 2) merasa nyaman,  3) merasa berwibawa dan dihormati,  4) damai, 5) kedekatan dengan anggota keluarga dan pihak penting lainnya.

  1. Not being in Pain
Bebas dari penderitaan atau gejala disstres adalah hal yang utama diinginkan pasien dalam pengalaman EOL (The Peaceful End Of Life). Nyeri merupakan hal sensori yang tidak nyaman atau pengalaman emosi yang dihubungkan dengan aktual atau potensial kerusakan jaringan (Lenz, Suffe, Gift, Pugh, & Milligan, 1995; Pain terms, 1979).
Dari kasus yang dialami oleh Bpak H. Kenyamana dapat dikaji secara fisik dan spiritual. Secara Fisik didapatkan data bahwa pasien selama seminggu terakhir mengalami rasa skit. Berdasarkan Teori EOL ini, bebas dari rasa nyeri adalah salah satu standart yang diajukan sehingga perawat harus memberikan intervensi untuk mengatasinya.
Di dalam teori juga disebutkan bahwa untuk mencapa keadaan yang bebas nyeri, perawat dapat melakukan dua hal, yaitu pemantauan dan pegelolaan rasa sakit serta intervensi baik dalam bentuk farmakologis atau non-farmakologis. Dalam pengelolaan nyeri, perawat dapat menggunakan metode skala nyeri untuk dapat menentukan perkembangan nyeri. Dalam intervensi non-farmakologis, perawat dapat menggunakan tekhnik relaksasi dan juga distraksi. Relaksasi dengan cara message atau lingkungan yang nyaman, Distraksi dapat dilakukan dengan cara memberikan pasien tontonan atau bacaan yang sesuai dengan keinginan pasien. Untuk intervensi farmakologis, tentunya perawat harus mengkonsultasikan-nya kepada dokter untuk pemberian obat anti-nyeri.

  1. Experience of Comfort
Nyaman/ atau perasaan menyenangkan didefinisikan inclusive, menggunakan Kolcaba dan Kolcaba’s  (1991) dalam pekerjaan adalah sebagai “ pembebasan dari ketidaknyaman, untuk mencapai bagian yang nyaman dan puas untuk tenang dan apapun yang membuat hidup menjadi mudah atau menyenangkan” (Ruland and Moore, 1998, p 172).
Di dalam kasus didapatkan data bahwa Bapak H cenderung merasa tidak nyaman dengan adanya kungjungan terus menerus oleh tetangga. Beliau ingin lebih dekat dan tenang dengan keluarganya.
Berdasarkan teori Peacefull EOL Ada 3 hal yang dapat dilakukan. Yang pertama adalah Mencegah, memonitor dan membebaskan ketidaknyamanan fisik. Berikutnya adalah memasilitasi istirahat, relaksasi, dan kesukaan. Yang terakhir untuk kenyamanan pasien adalah mencegah komplikasi yang dapat mengganggu kenyamanan.
Intervensi pertama dapat dilakukan untuk membebaskan ketidaknyamanan fisik yang mungkin dirasakan pasien. Perawat dapat meminta persetujuan keluarga untuk tidak memasang/melepas alat-alat medis yang terpasang seperti infus, ngt dan lainnya. Konsultasi dengan keluarga serta pasien tentunya dilakukan terlebih dahulu.
Berikutnya adalah untuk memberikan waktu istirahat kepada pasien. Perawat dapat memberikan waktu-waktu tertentu dimana pasien ignin beristirahat, Perawat dapat melakukannya dengan cara tidak melakukan tindakan-tindakan pada waktu tersebut sehingga pasein tidak terganggu. Kedatangan/kunjungan tetangga pasien dirasakan pasien mengganggu di akhir-akhir waktunya, sehingga kita sebagai perawat dapat memfasilitasinya dengan memberikan batasan terhadap tetangga yang ingin berkungjung.
Yang terakhir adalah dengan mencegah komplikasi yang dapat mengganggu kenyamanan. Pasien merupakan pasien pasca stroke yang mempunyai masalah tekanan darah tinggi. Menjaga tekanan darah pasien tetap normal sehingga tidak menghasilkan ketidaknyamanan seperti rasa pusing dan lainnya dapat dijadikan dasar intervensi keperawatan.


  1. Experience o Dignity
Setiap akhir penyakit pasien adalah “ ingin dihormati dan dinilai sebagai manusia” (Ruland & Moore, 1998,p, 172). Di konsep ini memasukkan ide personal tentang nilai, sebagai ekspresi dari prinsip etik  otonomi atau rasa hormat untuk orang, yang mana pada tahap ini individu diperlakukan sebagai orang yang menerima hak otonomi, dan mengurangi hak otonomi orang sebagai awal untuk proteksi (United states, 1978).
Didalam teori Peacefull EOL ada tiga standart yang dapat dijadikan pedoman. Yang pertama adalah Mengikutsertakan pasien dan pihak penting lain dalam pengambilan keputusan. Seperti contohnya tadi adalah keputusan tentang pembebasan rasa nyeri atau menjaga kenyamanan pasien. Perawat dapat mengikutsertakan pasien dan keluarga dalam melakukan pilihan alternati penatalaksanaan agar martabat pasien terjaga dan pasien merasa dihargai. Yang kedua adalah melayani pasien dengan empati, hormat dan menghargai martabatnya. Hal ini dapat dilakukan dalam keseharian interaksi perawat dengan pasien, baik waktu tindakan atau tidak. Menyapa klien dengan ramah setiap bertemu, menghargai cerita pasien atau sekedar tersenyum daapt memberikan makna positif. Standart terakhir adalah menjadi perhatian terhadap kebutuhan pasien. Seperti misalnya pasien terlihat menahan nyeri maka perawat dengan aktif dapat menanyakannya dan memberikan pilihan penatalakanaannya. Keinginan pasien juga menjadi perhatian, bila mungkin pasien ingin kehadiran keluarga, maka perawat tentunya dapat mengakomodasikannya dengan menghubungi keluarga pasien.

  1. Being at peace
Damai adalah “Perasaan yang tenang, harmonis, dan perasaan puas, (bebas) dari kecemasan, kegelisahan, khawatir, dan ketakutan” (Ruland & Moore, 1998, p 172). Tenang meliputi fisik, psikologis, dan dimensi spiritual.
Ada 5 kritetia yang diberikan oleh Ruland and Marlyn dalam poin ini. Yang pertama adalah untuk memberikan dukungan emosional kepada pasien. Disaat menjelang akhir hidupnya, pasien pasti merasakan kegelisahan emosional. Perawat dapat memberikan intervensi psikologis yang ada untuk membantu menenangkan pasien Yang kedua adalah dengan memonitoring kebutuhan pasien akan obat anti-cemas. Dalam hal ini pasien tidak merasakan kecemasan yang berarti sehingga tidak membutuhkan pengobatan. Ketiga adalah dengan menunjukkan kepercayaan. Agar pasien merasakan kedamaian, maka dianjurkan dalam teori ini untuk mewujudkan hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien. Yang keempat adalah memberikan bimbingan kepada pasien dan orang terdekat dalam permasalahan praktek yang dihadapi semisal pasien atau keluarga mengalami masalah terhadap bantuan memberi makan pasien. Terakhir adalah dengan Menyediakan bantuan fisik dari caregiver lain, jika diperlukan.



  1. Closeness To Significant Others
Kedekatan adalah “perasaan menghubungkan antara antara manusia dengan orang yang menerima pelayanan” (Ruland & Moore, 1998, p 172). Ini melibatkan kedekatan fisik dan emosi yang diekspresikan dengan kehangatan, dan hubungan yang dekat (intim).
Pada Kasus diatas terdapat sebuah poin yang cukup penting dimana sebenarnya pasien ingin bertemu dengan adiknya yang sudah lama tak berjumpa. Maka sesuai dengan kriteria pertama dari pon kedekatan dengan orang penting bagi pasien, perawat dapat memfasilitasi akan kehadiran orang tersebut. Karena adik pasien tidak dapat hadir secara fisik, maka dengan perkembangan zaman kita dapat memberikan fasilitas telepon untuk pasien sehingga persaan dekat dengan orang penting/keluarga dapat tercapai.
Intervensi kedua yaitu dengan memberikan suport kepada keluarga dengan memasilitasi pertanyaan yang diajukan keluarga, mengantarkan keluarga pasien dalam melewati fase berdukanya. Selanjutnya adalah memberi peluang untuk keakraban keluarga. Perawat dapat melakukannya dengan memberikan waktu dan tempat bagi keluarga untuk berduka terhadap kepergian pasien.


Inti dari teori ini adalah bagaimana membantu pasien dan keluarga untuk mendapatkan perawatan yang berkualitas di masa-masa akhir pasien. Cornelia dan Shirley membagi pelayanan yang berkualitas ini kedalam 5 pokok hal penting seperti dijelaskan diatas. Kelima hal inilah yang kemudian dapat menjadi standart bagi perawat untuk memberikan perawatan





BAB IV
PENUTUP


1.1  Kesimpulan
-       Teori Peacefull End Of Lie yang dikembangkan oleh Cornelia M Ruland dan Shirley M Moore ini adalah teori yang memiliki setting pada perawatan akhir hidup pasien
-       Teori ini berfokus bagaimana memberikan pelayanan yang berkualitas pada pasien di masa akhirnya
-       Teori ini membaginya ke dalam 5 Kriteria yaitu : 1) bebas nyeri, 2) merasa nyaman,  3) merasa berwibawa dan dihormati,  4) damai, 5) kedekatan dengan anggota keluarga dan pihak penting lainnya.
-       Kelebihan dari teori ini aadlah teorinya yang baru, original serta dapat diaplikasikan dalam perawatan pasien sehari-hari
-       Sedangkan kekurangan dari aplikasi ini adalah belum mengakomodir adanya faktor budaya serta hubungan diantara kelima konsep tersebut.

1.2  Saran

Teori Peacefull EOL ini merupakan teori yang bagus untuk dapat dijadikan standart pelayanan keperawatan palliatif di Indonesia. Seperti saran terhadap teori ini sendiri, diperlukan lebih banyak penelitian sebelum standart yang berdasar teori ini ditetapkan.



DAFTAR PUSTAKA


Cahill suzanne, et al. 2012. Guidelines for nursing homes delivering end-of-life care to residents with dementia across the island of Ireland. Quality in ageing and older adults, vol 13(1).
Kirchhoff, Karin T. (2002). Promoting a peacefull death in the ICU. School of Nursing, University of Wisconsin. USA. Crit Care Nure Clins NA. Elsevier Science (USA)

Limerick, M. H. (2007). The process used by surrogate decision makers to withhold and withdrawal life-sustaining measures in an intensive care environment. Oncology Nursing Forum, 34(2), 331-339. 

Murrish jennifer. 2010. Development of an end-of-life care/decision Pamphlet in the ICU. California State University, Chico
Nursing Theory Peaceful End of Life-Cornelia Ruland and Shirley Moore. Nursing 5330 Theories and Therapies Texas Tech University Health Sciences Center School of Nursing, Submitted to: Yondell Masten, October 17, 2007.
Ningsih sri ningning. 2011. Pengalaman perawat dalam memberikan perawatan paliatif pada anak dengan kanker di wilayah Jakarta. Universitas Indonesia. Jakarta
Ruland, Cornelia M. RN, PhD & Moore, Shirley, M. RN, PhD. Theory Construction Based on Standards of Care: A Proposed Theory of the Peaceful End of Life. Nursing Outlook, 1998, 46 (4), p.169-75.
Tomey, Ann Mariner & Alligood, Martha Raile (2006). Middle range theories: Peaceful end of life theory. Nursing Theorists and Their Work, (pp.775-781). Missouri: Mosby.

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Facebook Themes