Latar Belakang Teori
Medeline Leininger adalah pendiri dan
pelopor keperawatan transkultural dan teori perawatan manusia. Dia lahir di Sutton, Nebraska, dan memulai
karir perawat profesional setelah lulus pendidikan dasar keperawatan dari St.
Anthony School of Nursing di Denver, Colorado tahun 1948. Bsc dari Benedectine
Collage Atchison tahun 1950. Setelah lulus, dia bekerja sebagai instruktur,
staf keperawatan, dan kepala perawat di unit medikal bedah, serta sebagai
Direktur unit psikiatri di Rumah Sakit St. Joseph, Omaha, Nebraska. Pada saat bersamaan, dia mendalami ilmu
keperawatan, administrasi keperawatan, mengajar dan kurikulum keperawatan, test
dan pengukuran di Universitas Creighton, Omaha.
Tahun 1954, memperoleh gelar Master
keperawatan psikiatri dari Universitas Catholic, Woshington DC. Dia dipekerjakan di sekolah kesehatan
Universitas Cincinnati, Ohio, disinilah dia menjadi master klinik, spesialis
keperawatan psikiatri anak yang pertama di dunia. Dia juga mengajukan dan
memimpin program keperawatan psikiatri di Universitas Cincinnati dan Pusat
Keperawatan Psikiatri Terapeutik di Universitas Hospital. Pada saat bersamaan, dia menulis salah satu
dasar keperawatan Psikiatri, yang berjudul
Basic Psychiatri Concepts in Nursing, yang dipublikasikan tahun 1960
dalam 11 bahasa dan digunakan diseluruh dunia.
Pertengahan tahun 1950-an, saat di
child guidance home, Cincinnati, Leininger menemukan kekurangfahaman akan
faktor budaya yang mempengaruhi perilaku anak – anak. Mereka berasal dari bermacam – macam latar
belakang budaya, dia mengamati dan
merisaukan perbedaan perawatan dan penanganan.
Leininger mengalami cultural shock
pada saat itu. Hal ini membuatnya
membuat keputusan untuk mengambil doktoral berfokus pada budaya, sosial,
psikologi antropologi di Universitas Woshington, Seattle. Disana dia mempelajari berbagai budaya, dia
menemukan sisi menarik dari antropologi dan keyakinan dan dia berpendapat semua
perawat seharusnya tertarik akan hal ini.
Dia berfokus pada orang – orang Gadsup di timur Highlands, New Guinea,
dimana dia tinggal bersama orang pribumi selama 2 tahun dan mempelajari
etnografikal dan etnonursing di dua desa.
Selain menemukan ciri – ciri unik dari budaya, dia juga mengobservasi
perbedaan antara budaya barat dan non-barat berkaitan dengan perawatan
kesehatan. Berdasarkan studi dan
penelitian yang dia lakukan bersama orang Gadsup, dia mengembangkan teori
perawatan budaya dan metode etnonursing.
Teorinya membantu para mahasiswa perawat untuk memahami perbedaan budaya
manusia, sehat dan sakit.
Selama tahun 1950 – 1960, Leininger
mengidentifikasi beberapa ilmu pengetahuan dan penelitian teoritikal terkait
dengan perawat dan antropologi, formulasi konsep transkultural nursing, teori,
prinsip, dan praktis. Tahun 1970
Leininger menerbitkan buku Nursing and Anthropology: Two World to Blend, buku
kedua dan tahun 1978 dengan judul Transcultural Nursing: Concepts, Theory, and
Practice. Kursus pertama mengenai
transcultural nursing diadakan tahun 1966 di Universitas Colorado, dimana
Leininger sebagai Profesor Nursing dan Antropologi, serta sebagai Diektur
program sarjana keperawatan (Ph.D) di USA.
Pada tahun 1969, dia ditetapkan sebagai Dekan dan Profesor Keperawatan
dan Dosen Antropologi di Universitas Woshington, Seattle. Disana Dia mendirikan Akademi Keperawatan
untuk pertama kalinya dalam perbandingan sistem keperawatan dan untuk menunjang
program master dan doktoral dalam trancultural nursing. Dibawah kepemimpinannya, kantor pusat
penelitian didirikan tahun 1968 dan 1969.
Dia mengadakan beberapa kursus keperawatan transkultural dan panduan
perawat dalam program doktoral keperawatan transkultural. Di tahun yang sama,
Dia juga mendirikan Komite Keperawatan dan Antropologi.
Leininger mendirikan National
Transcultural Nursing Society (1974), dan di tahun 1978 dia mendirikan National
Research Care Conference untuk membantu para perawat fokus mempelajari fenomena
perawatan manusia. Jurnal Transcultural
Nursing (1989) dan sebagai editor sampai 1995.
Oleh karena itu Leininger menerima banyak penghargaan untuk
transcultural nursing.
Teori Leininger berasal dari bidang
antropologi dan keperawatan. Dia mendefinisikan
transcultural nursing sebagai area mayor dari keperawatan yang berfokus pada
studi perbandingan dan analisis bermacam – macam budaya dan subkultur di
seluruh dunia dengan mempertimbangkan nilai , ucapan, dan keyakinan sehat –
sakit, dan pola kebiasaan. Tujuan teori
ini adalah menemukan bermacam – macam cara dalam merawat klien dan universal
dalam hubungan worldview (sudut pandang dunia),
struktur sosial, dimensi lain, kemudian menemukan jalan yang sesuai
untuk orang yang berbeda dengan tujuan memelihara kesehatan, atau menghadapi
kematian dengan pendekatan budaya.
Leininger mengembangkan teorinya (care
culture diversity and universality), yang berbasis keyakinan seseorang terhadap
budaya yang berbeda, sebagai informasi
dan panduan perawat profesional dalam memberikan asuhan. Budaya adalah pola dan nilai kehidupan seseorang yang mempengaruhi keputusan dan
tindakan, oleh karena itu teori ini mengarahkan perawat untuk menemukan dan
mendokumentasikan klien di seluruh dunia dan menggunakan sudut pandang pribumi,
pengetahuan, dan praktik dengan pendekatan etik, sebagai dasar profesional
untuk mengambil keputusan dan bertindak sesuai dengan kebutuhan.
Baca Juga: PRACTICE THEORY/MICRO THEORY
Baca Juga: PRACTICE THEORY/MICRO THEORY
2.2 Definisi
dan Konsep Mayor
Keperawatan
transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus pada analisis
dan studi perbandingan tentang perbedaan budaya (Leninger, 1978 dalam
Sudiharto, 2007). Keperawatan transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis,
yang difokuskan pada perilaku individu atau kelompok, serta proses untuk
mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat atau perilaku sakit secara
fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya (Leninger, 1984 dalam
Sudiharto, 2007).
Teori
ini bertujuan untuk menjelaskan faktor budaya dan asuhan yang mempengaruhi
kesehatan, kesakitan dan kematian manusia sebagai upaya untuk meningkatkan dan
memajukan praktek keperawatan. Tujuan paling utama dari teori ini adalah
memberikan asuhan yang sesuai dengan budaya, gaya hidup maupun nilai-nilai yang
dipercaya oleh klien (Parker, 2001).
Leininger
telah mengembangkan beberapa istilah terkait dengan teorinya, yaitu:
1.
Perawatan
manusia dan keperawatan
Manusia
adalah induvidu atau kelompok yang memiliki nilai – nilai dan norma – norma
yang diyakini berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan tindakan. Menurut Leininger, manusia memiliki
kecenderungan untuk mempertahankan budayanya setiap saat dan dimanapun dia
berada.
Keperawatan
adalah ilmu dan kiat yang diberikan kepada klien dengan landasan budaya
(Andrew, 1995). Keperawatan merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada kiat keperawatan
berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual secara komprehensif, ditujukan
kepada individu, keluarga, dan masyarakat, baik sehat maupun sakit yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Konsep
perawatan manusia dan keperawatan adalah ringkasan dan penjelasan dari
pendampingan, dukungan, kemungkinan, dan cara yang memudahkan untuk membantu
diri sendiri atau orang lain yang kekurangan atau sebagai upaya pencegahan untuk
meningkatkan kesehatan, memperbaiki cara
hidup, atau untuk menghadapi ketidakmampuan atau kematian
2.
Budaya
Budaya menggambarkan pola kehidupan,
nilai, keyakinan, norma, simbol dan kebiasaan individu, kelompok atau institusi
yang dipelajari, dibagikan, dan biasanya diturunkan dari satu generasi ke
generasi lainnya.
Budaya
adalah pengalaman yang bersifat universal
sehingga tidak ada budaya yang sama persis; budaya bersifat stabil,
tetapi juga dinamis karena budaya tersebut diturunkan kepada generasi
berikutnya sehingga mengalami perubahan; dan budaya diisi dan ditentukan oleh
kehidupan manusianya sendiri tanpa disadari.
3.
Perawatan
budaya
Cultural
care didefinisikan sebagai nilai, kepercayaan, pengungkapan yang terpola yang
membantu, mendukung dan memungkinkan individu lain atau kelompok untuk
memelihara kesehatannya, meningkatkan kondisi manusia/kehidupan atau menghadapi
kematian dan kecatatan. Berdasarkan
asumsi bahwa cultural care adalah pengertian yang luas untuk mengetahui,
menjelaskan, menjumlahkan, dan memprediksi fenomena asuhan keperawatan dan
untuk mengarahkan praktik asuhan keperawatan.
4.
Culture care diversity
Cultural care diversity adalah variasi
makna, pola, nilai atau simbol asuhan yang secara budaya dibawa oleh masyarakat
untuk kesejahteraannya atau untuk meningkatkan kondisi manusia dan kehidupan
menghadapi kematian
5. Culture
care universality
Culture
care universality serupa atau seragam makna, pola, nilai atau simbol asuhan
yang secara budaya dibawa oleh masyarakat untuk kesejahteraan atau meningkatkan
kondisi manusia dan kehidupan atau menghadapi kematian. Perawatan dapat diperlihatkan dengan bermacam
– macam ekspresi, tindakan, pola, gaya hidup dan arti.
6. Worldview
Worldview adalah cara seseorang atau
kelompok untuk mencari tahu dan memahami dunia mereka sebagai nilai, pendirian,
dan gambaran tentang kehidupan dan dunia.
7. Dimensi
struktur kebudayaan dan sosial
Menggambarkan dinamis, holistik, dan
keterkaitan pola dari struktur budaya (subculture), meliputi aspek spiritual,
sosial, politik (legal), ekonomi, pendidikan, tehnologi, nilai budaya,
filosofi, sejarah, dan bahasa.
8. Konteks
lingkungan
Lingkungan adalah keseluruhan fenomena
yang mempengaruhi perkembangan, keyakinan, dan prilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas
kehidupan klien dengan budayanya.
Lingkungan meliputi lingkungan itu sendiri (fisik, geografis, sosial
budaya), situasi, atau peristiwa/pengalaman yang memberikan intepretasi
terhadap arti sebagai petunjuk untuk berekspresi dan mengambil keputusan.
9. Ethnohistori
Ethnohistori adalah rangkaian fakta,
peristiwa, atau perkembangan yang terjadi,
atau catatan tentang budaya yang dipilih.
10. Emic
Emic berarti lokal, pribumi.
11. Etnic
Etnic berarti orang luar.
12.
Kesehatan
Suatu keadaan sehat yang secara budaya
didefinisikan, dinilai, dan dipraktekkan, yang
merefleksikan kemampuan individu/kelompok untuk melakukan peran
aktivitas sehari – hari secara mandiri.
Kesehatan adalah keseluruhan aktivitas yang dimiliki klien dengan
mengisi kehidupannya, yang terletak pada rentang sehat-sakit
13.
Keperawatan
transkultural
Keperawatan transkultural adalah formal
area dari humanistik dan ilmu pengetahuan dan praktik yang berfokus pada
perawatan budaya secara holistik dan kompetensi atau kemampuan individu atau
kelompok untuk mempertahankan/menjaga kesehatannya dan untuk menerima
kekurangan atau kecacatan, dan menghadapi kematian.
Keperawatan transkultural adalah
cabang dari keperawatan yang memfokuskan pada studi komparatif dan
analisis. Budaya yang berkenaan dengan
keperawatan, praktik asuhan sehat sakit, keyakinan dan nilai – nilai dengan
tujuan profesionalisme pelayanan asuhan keperawatan untuk individu sesuai
dengan budaya pasien.
Keperawatan
transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus pada analisis
dan studi pebandingan tentang perbedaan budaya (Leninger, 1978 dalam Sudiharto,
2007). Keperawatan transkultural adalah
ilmu dan kiat yang humanis, yang difokuskan pada perilaku individu atau
kelompok, serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat
atau perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya
(Leninger, 1984 dalam Sudiharto, 2007).
14.
Pemeliharaan
perawatan budaya
Merupakan proses pendampingan, dukungan
fasilitas, kemampuan profesional untuk bertindak dan mengambil keputusan yang
dapat membantu klien sebagai bagian dari budaya untuk memelihara/menjaga makna
nilai dan kehidupan, untuk kesembuhan, atau menghadapi kematian.
Mempertahankan
budaya dilakukan bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai relevan
yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan dan mempertahankan
status kesehatannya, misalnya budaya olahraga setiap pagi.
15.
Akomodasi/negosiasi
perawatan budaya
Merupakan proses pendampingan, dukungan
fasilitas, kemampuan profesional untuk bertindak dan mengambil keputusan yang
dapat membantu bagian budaya tertentu (subculture) untuk beradaptasi atau
bernegosiasi dengan orang lain untuk menghasilkan kesehatan yang bermakna.
Negosiasi budaya adalah intervensi dan
implementasi keperawatan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya
tertentu yang lebih menguntungkan kesehatannya.
Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain
yang lebih mendukung peningkatan status kesehatan.
16.
Perbaikan
perawatan budaya
Merupakan proses pendampingan, dukungan
fasilitas, kemampuan profesional untuk bertindak dan mengambil keputusan yang
dapat membantu klien menangkap, merubah, atau memodifikasi cara hidup mereka
untuk memperoleh hasil kesehatan yang lebih baik. Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila
budaya yang dimiliki merugikan status kesehatannnya. Perawat berupaya merekonstruksi gaya hidup
klien yang biasanya tidak baik menjadi baik.
17.
Kemampuan
perawatan secara budaya
Merupakan sebuah penegasan perawatan berbasis budaya dan ilmu
pengetahuan yang menggunakan perasaan, kreativitas, kehati-hatian untuk
memenuhi kebutuhan individu atau kelompok dengan tujuan mencapai kesehatan yang bermakna, atau untuk menghadapi kesakitan,
kecacatan dan kematian.
2.3 Penjelasan
Bagan
Teori Leininger dikembangkan dari antropologi dan
keperawatan, namun diformulasikan menjadi keperawatan transkultural dengan
perspektif asuhan pada manusia. Leinenger mengembangkan metode penelitian enthnonursing dan menegaskan pentingnya
mempelajari seseorang dari pengetahuan dan pengalaman lokal mereka, kemudian
menghadapkan mereka dengan perilaku dan kepercayaan yang ada di luar diri
mereka (Alligood, 2006). Sunrise model dikembangkan
untuk memberikan gambar konseptual yang holistik dan komprehensif dari
faktor-faktor utama yang berperan penting dalam teori keragaman asuhan budaya
& kebersamaan asuhan budaya (Parker, 2001).
Dalam model sunrisenya menampilkan
visualisasi hubungan antara berbagai konsep yang signifikan ide pelayanan dan
keperawatan. Memberikan asuhan merupakan jantung dari keperawatan dan merupakan
karakteristik dasar dari keperawatan. Terdapat 7 komponen yang
ada pada "Sunrise Model" dan dapat menjadikan inspirasi dalam
penelitian khususnya yang berkaitan dengan asuhan transkultural yaitu :
a. Faktor teknologi (tecnological
factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan
individu untuk memilih atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam
pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji lebih dalam tentang persepsi sehat
sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari
bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi
klien tentang
penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan
saat ini.
b. Faktor agama dan falsafah hidup
(religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang
mengakibatkan pandangan yang
amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang
sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di
atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat
adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien
terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang
berdampak positif terhadap kesehatan.
amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang
sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di
atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat
adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien
terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang
berdampak positif terhadap kesehatan.
c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga
(kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji
faktor-faktor : nama
lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan
hubungan klien dengan kepala keluarga.
lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan
hubungan klien dengan kepala keluarga.
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup
(cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang
dirumuskan dan ditetapkan
oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma
budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas
pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :
posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi
sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan
membersihkan diri.
oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma
budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas
pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :
posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi
sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan
membersihkan diri.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang
berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit
yang berlaku adalah segala
sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan
keperawatan lintas budaya. Yang perlu dikaji
pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan
jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara
pembayaran untuk klien yang dirawat.
sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan
keperawatan lintas budaya. Yang perlu dikaji
pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan
jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara
pembayaran untuk klien yang dirawat.
F. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit
memanfaatkan sumber-sumber
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan
klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,
biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor
atau patungan antar anggota keluarga.
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan
klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,
biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor
atau patungan antar anggota keluarga.
g. Faktor pendidikan (educational
factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah
pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi
pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti
ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi
terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang
perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis
pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri
tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi
pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti
ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi
terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang
perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis
pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri
tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
Empat
prinsip atau ajaran utama dari teori keperawatan transkultural adalah sebagai
berikut (Alligood, 2006):
1.
Ekspresi,
arti, pola dan perilaku asuhan budaya bermacam-macam namun masih ada
nilai-nilai yang bersifat umum dan universal.
2.
Pandangan
dunia terdiri dari berbagai faktor struktur sosial seperti agama, ekonomi,
nilai budaya, sejarah bangsa, konteks lingkungan, bahasa, asuhan umum dan
professional yang mempunyai pengaruh sangat besar terhadap pola asuhan budaya
untuk memprediksi kesehatan, kesejahteraan manusia, penyakit, penyembuhan dan
cara orang dalam menghadapi kecacatan maupun kematian.
3.
Nilai
generik dan nilai professional dalam konteks lingkungan yang berbeda akan
berpengaruh besar terhadap pencapaian derajad kesehatan dan kesakitan
4.
Dari
penjelasan ketiga prinsip diatas, maka diperlukan cara untuk memberikan asuhan
yang sesuai dengan budaya, aman dan bermanfaat. Ada 3 model keputusan dan
intervensi yang didasarkan pada budaya yaitu: (1) preservasi asuhan budaya atau
mempertahankan, (2) akomodasi asuhan budaya atau negosiasi, dan (3)
Restrukturisasi asuhan budaya atau merubah pola. Model keputusan dan intervensi
yang didasarkan pada budaya dianggap sebagai kunci keberhasilan dari asuhan
yang aman, bermanfaat dan sesuai dengan budaya.
2.4 Asumsi
Mayor
Asumsi
Mayor (Parker, 2001 dan Alligood,
2006)
1.
Asuhan
(Care) sangat penting dalam
pertumbuhan dan perkembangan manusia untuk bertahan hidup, bahkan sampai
manusia menjelang ajalnya.
2.
Asuhan
(Care) penting dalam pengobatan dan
penyembuhan. Tidak akan ada curing
tanpa caring.
3.
Bentuk,
ekspresi, pola dan proses dari cara perawatan manusia bervariasi diantara
seluruh budaya yang ada di dunia.
4.
Setiap
budaya pasti mempunyai nilai asuhan generik (tradisional) dan kadang-kadang
mempunyai nilai professional
5.
Nilai
dan kepercayaan asuhan budaya ditanamkan dalam agama, keluarga, sosial,
politik, budaya, ekonomi, bahasa, konteks lingkungan dan dimensi sejarah dari
sebuah struktur sosial.
6.
Asuhan
keperawatan terapeutik hanya dapat terjadi ketika nilai asuhan budaya, ekspresi
dan perilaku klien diketahui dan digunakan secara eksplisit dalam perawatan.
7.
Perbedaan
antara harapan pemberi perawatan dan penerima perawatan harus dipahami untuk
menyediakan pelayanan yang bermanfaat, memuaskan dan sesuai dengan yang
diharapkan.
8.
Konflik
budaya, praktik budaya yang tidak sesuai, stress budaya dan budaya yang tidak
sehat merefleksikan kekurangan tentang pengetahuan asuhan budaya untuk
mnyediakan perawatan yang bertanggungjawab, aman dan sesuai dengan budaya.
9.
Model
perawatan yang sesuai dengan budaya, spesifik dan universal penting untuk
kesehatan dan kesejahteraan manusia yang harus disediakan oleh perawat.
10.
Keperawatan
merupakan profesi dan disiplin yang memberikan perawatan transkultural.
2.5 Penerimaan
oleh Keperawatan
1.
Praktik
Asuhan
keperawatan ditujukan memandirikan individu sesuai dengan budaya klien.
Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah
perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi budaya dan
mengubah/mengganti budaya klien.
a. Mempertahankan
budaya
Mempertahankan
budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan.
Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai
yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau
mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi.
b. Negosiasi
budaya
Intervensi
dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien
beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan.
Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih
mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang
makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani
yang lain.
c. Restrukturisasi
budaya
Restrukturisasi
budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan.
Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok
menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih
menguntungkan dan sesuai dengankeyakinan yang dianut.
2.
Pendidikan
Dalam teori keperawatan memandang manusia sebagai manusia
holistik Bio-Psiko-Sosial-Spiritual,
namun dengan adanya perbedaan nilai – nilai kultural yang melekat dalam
masyarakat sehingga kultural merupakan bagian dari manusia holistik. Asumsi
mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi dari
keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan.
Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan
dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan
kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan
sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai
segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang
utuh. Human caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur
dan polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.
3.
Penelitian
Sampai saat ini fokus pelayanan
keperawatan masih diperdebatkan, masih rancu antara asuhan keperawatan dengan
asuhan medis dan asuhan keperawatan dengan pengobatan tradisional. Perkembangan ilmu kedokteran modern juga
turut mempengaruhi fokus pelayanan keperawatan.
Hal ini disebabkan karena keperawatan bersifat multiparadigmatik. Teori asuhan keperawatan diversitas dan
universalitas hendaknya digunakan sebagai panduan dalam mengembangkan
penelitian keperawatan terkait dengan budaya pasien, karena budaya seseorang
mempengaruhi perspektif terhadap keadaan sehat sakit sehingga mempengaruhi
proses penyembuhan.
2.6 Kelemahan
Teori
1.
Leininger
beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan
nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien tetapi
keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh klien sering kali belum dapat
dimengerti oleh perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Idealnya perawat
perlu memahami norma-norma, dan cara hidup budaya dari klien sehingga klien
dapat mempertahankan kesejahteraannya, memperbaiki cara hidupnya atau
kondisinya.
2.
Sulitnya
dalam memahami norma-norma, dan cara hidup budaya dari klien oleh perawat akan
menyebabkan Cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh klien
pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu
beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat
menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa
mengalami disorientasi. Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah ketika
klien sedang mengalami nyeri. Pada beberapa daerah atau negara diperbolehkan
seseorang untuk mengungkapkan rasa nyerinya dengan berteriak atau menangis.
Tetapi karena perawat memiliki kebiasaan bila merasa nyeri hanya dengan
meringis pelan, bila berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan, maka
ketika ia mendapati klien tersebut menangis atau berteriak, maka perawat akan
memintanya untuk bersuara pelan-pelan, atau memintanya berdoa atau malah
memarahi pasien karena dianggap telah mengganggu pasien lainnya. Kebutaan
budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas
pelayanan keperawatan yang diberikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Aziz. 2008. Pengantar Konsep dasar Keperawatan Edisi 2. Jakarta : Salemba
Medika
De
Launa dan Ladner. 2002. Fundamental of
Nursing: standart and Practice 2nd edition. USA: Thompsons
Learning Inc.
Julia.
1995. Nursing Theories: the base for
professional nursing practice, 4th edition. Connecticut: Apleton
& Lange.
Kozier.
2004. Fundamentals of nursing: Concepts,
process and practice. New Jersey: Pearson Education Inc.
Muhlisin, A. 2008. Aplikasi
model konseptual caring Jean Watson dalam asuhan keperawatan. Berita Ilmu
Keperawatan, 1(3), halaman 147-150
Parker.
2001. Nursing Theories and Nursing
Practice. Philadelphia: FA Davis Company.
Potter
dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4. Alih bahasa oleh yasmin
Asih. Jakarta: EGC.
Sudiharto.
2007. Asuhan keperawatan Keluarga dengan
Pendekatan Keperawatan Transkultural. cetakan 1.Penerbit buku Kedokteran
EGC.
1 comments:
Good article.
I like reading your article.
Nanda Care Plan
Nursing Care Plan
Post a Comment