PEMANFAATAN
TEKNOLOGI TELEKOMUNIKASI (TELENURSING) DALAM KASUS HENTI JANTUNG. “LET’S YOUR
SMARTPHONE SAVING YOU”
Latar Belakang
Dunia saat ini sedang menghadapi
peningkatan angka kejadian, kematian dan disability
yang luar biasa dari penyakit kronik. Data statistik yang dikemukakan oleh WHO
(2008) menunjukkan bahwa 60% kematian manusia pada umumnya disebabkan oleh
penyakit kronik dan 80%-nya terjadi pada negara dengan pendapatan yang rendah
dan sedang. WHO juga memproyeksikan kematian global akibat penyakit kronik akan
meningkat 17% selama 10 tahun kedepan dengan angka kematian tertinggi akan
terjadi di daerah Pasifik barat dan Asia tenggara. Diabetes, penyakit
cardiovaskuler, penyakit pernafasan dan kanker merupakan pembunuh terbesar
dunia yang menyebabkan 35 juta kematian setiap tahunnya (ICN, 2010).
Untuk kasus henti jantung sendiri
berdasarkan data dari Centers for Disease Control and
Prevention (CDC) melalui survey di Amerika mengatakan bahwa selama
periode Oktober 2005 hingga Deember 2010 didapatkan sekitar 31,689 kasus cardiac
arrest yang terjadi di luar rumah sakit (Bryan et al, 2011). Sementara itu di Indonesia
berdasarkan hasil dari laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007,
diapatkan rasio 5,1% kematian akibat penyakit kantung iskemik pada semua umur
dan 7,2% pernah mengalami gejala penyakit
jantung. Diperkirakan sekitar 10 ribu warga, atau
berarti 30 orang per hari terkena penyakit jantung. Kejadian terbanyak dialami
oleh penderita jantung koroner (Depkes, 2006). Hal yang paling penting dipahami
bagi perawat dan lainnya adalah untuk mengerti besarnya permasalahan dan
dibutuhkannya aksi segera untuk promosi kesehatan, pencegahan penyakit,
penyediaan perawatan dan managemen yang tepat bagi yang membutuhkan (ICN,
2010).
Dengan
tidak adanya resusitasi cardiopulmonary (CPR) dan / atau defibrilasi listrik,
seperti tidak adanya aktivitas kelistrikan jantung (asistole), maka akan
diikuti dengan kematian dalam hitungan menit (Vaillancourt & Stiell, 2004).
Kualitas hidup penderita pasca cedera akan sangat bergantung pada apa yang
telah dia dapatkan pada periode Pre Hospital
Stage bukan hanya tergantung pada bantuan di fasilitas pelayanan kesehatan
saja. Jika di tempat pertama kali kejadian penderita mendapatkan bantuan yang
optimal sesuai kebutuhannya maka resiko kematian dan kecacatan dapat dihindari. Begitu cedera terjadi maka berlakulah apa
yang disebut waktu emas (The Golden
periode). Setiap detik sangat berharga bagi kelangsungan
hidup penderita. Semakin panjang waktu terbuang tanpa bantuan pertolongan yang
memadai, semakin kecil harapan hidup korban (Irawan, 2013).
Dua
poin penting yang menjadi perhatian disini adalah masalah prevalensi dan waktu.
Poin pertama mengenai masih banyak dan akan semakin berkembangnya angka
kejadian serangan jantung di dunia terutama pula Indonesia. Sebagai negara yang
sedang berkembang mengarah ke negara maju, masyarakat sekarang sudah semakin
banyak yang membeli makan-makanan cepat saji dan lainnya. Hal ini membutuhkan
pemahaman perawatan untuk membuat aksi dan terobosan yang mampu mengatasi dan
mengantisipasinya. Yang kedua adalah mengenai pentingnya penanganan segera pada
pasien henti jantung. Semakin cepat penanganan yang diberikan kepada pasien,
bukan hanya semakin cepat personel emergency atang ke lokasi, akan semakin
meningkatkan tingkat keselamatan pasien.
Penggunaan
Teknologi dalam bidang kesehatan tidak bisa dibantah lagi. Sejak dulu teknologi
sudah menjadi salah satu ujung tombak pelayanan kesehatan, dan tidak ada
salahnya kita mencoba memanaatkan teknologi berbasis internet/telephone yang
dalam keperawatan disebut dengan ‘Telenursing’.
Telenursing yang masuk ke dalam Telehealth menawarkan perawat dan
petugas kesehatan lainnya untuk menyediakan layanan kesehatan tidak terbatas
jarak, diantara dua lokasi, melalui penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi (CRNNS, 2008). Dengan tidak ada jarak antara penolong dengan
penderita, maka tidak ada waktu lama yang diperlukan dan akan semakin cepat
pula penanganan dapat diberikan.
Manfaat
Sebagai
perawat tidak perlu berarti harus selalu berkutat dengan pasien di rumah sakit
atau tentang ‘rutinitas’ asuhan keperawatan saja. Menghadapi masih tingginya
angka kejadian henti jantung, kedepannya dibutuhkan perhatian untuk ide-ide
atau terobosan dalam mengantisipasinya. Masyarakat seharusnya mengembangkan
program untuk merespon kegawatan jantung termasuk di dalamnya adalah pengenalan
secara cepat gejala ACS oleh pasien dan lingkungannya seperti petugas kesehatan
dan penyedia layanan masyarakat serta aktivasi segera EMS (AHA, 2010).
Pemanfaatan
teknologi dalam keperawatan ini (telenursing)
diharapkan dapat menjadi sebuah terobosan sendiri yang benar-benar dapat
diaplikasikan dan dapat membawa nama keperawatan. Penggunaan telenursing ini tentunya mengandalkan
teknologi yang masih belum banyak terdapat fasilitasnya di pedesaan, tapi
harapannya dapat meningkatkan tingkat keselamatan pasien henti-jantung di
wilayah perkotaan di Indonesia.
Kajian Literatur
Telehealth
– Telenursing
Sementara
itu Telenursing adalah komponen dari telehealth yang terjadi ketika perawat
berhubungan dengan pasien menggunakan informasi, komunikasi dan sistem berbasis
web. Telenursing telah didefinisikan sebagai pemberian, managemen dan
koordinasi dari perawatan dan pelayanan kesehatan menggunakan teknologi informasi
dan komunikasi (CNO, 2005). Berdasarkan Canadian nurses association (2001, p.
1), penggunaan teknologi telehealth
dalam keperawatan sesuai dengan filosoi dari perawatan kesehatan primer dan
seharusnya dapat menjadi bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang
terintegrasi untuk meningkatkan, bukan menggantikan pelayanan kesehatan yang
telah ada dan untuk memperbaiki akses, membuat pelayanan kesehatan menjadi
tepat dan efisien.
Perawat
telehealth telah menyatu dengan
beberapa bagian sistem pelayanan kesehatan sebgai alternatif yang diinginkan
untuk akses konsumen sistem pelayanan kesehatan. Walaupun telehealth juga termasuk ke dalam bagian dari praktek keperawatan,
dan perawat teregistrasi telah memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk
menyediakan layanan yang aman, kompeten dan ber-etik, pengetahuan, pendidikan dan kemampuan
tambahan diperlukan untuk praktek telenursing
(CRNNS, 2008).
Perawat
pada beberapa setting praktek (misal ambulatory care, call centres, family
practice, outpatient dan departemen emergensi) telah secara reguler menggunakan
bentuk dari praktek telenursing yang
sekarang semakin meningkat seiring dengan perkembangan teknologi. Beberapa
contoh penggunaanya antara lain (CNO, 2005; Centre for e-Health nursing, 2006;
Canadian nursing Informatics
association) :
- Pada seting triage dan penyediaan
informasi layanan kesehatan melalui protokol atau alogaritma berbasis software melalui
call-centre.
- Mempromosikan perawatan diri dengan
menyediakan inormasi kesehatan dan menjawab pertanyaan melalui telepon atau
email.
- Memfasilitasi konferensi baik audio
maupun video dengan penyedia layanan kesehatan atau antara layanan kesehatan
dengan klien (misal pada wiilayah desa).
- Menggunakan kamera dalam konsultasi
dengan tenaga profesi lain dengan mengirim gambar dari klien mereka (misal luka
atau lessi)
- Mengirimkan informasi vital pasien
seperti data EKG melalui transmisi elektronik.
- Menggunakan video, komputer dan data
lain untuk memonitor kondisi kesehatan klien.
Mereka
yang pro terhadap penggunaan telenursing
mengatakan bahwa telenursing dapat
meningkatkan akses publik ke pelayanan
kesehatan, terutama bagi mereka yang ada di wilayah pedesaan (wialayah kanada)
dan bagi mereka dengan status kesehatan yang terganggu. Mereka juga berpendapat
bahwa telenursing dapat menurutkan
waktu tunggu, mengurangi kunjungan tidak perlu ke dalam pelayanan emergency dan
dokter, memungkinkan klien untuk meninggalkan rumah sakit lebih dahulu atau
tinggal di rumah sebelum masuk ke rumah sakit sehinnga dapat mengurangi biaya
untuk perjalanan, dan biaya lainnya (Curran & Church, 1999, p. 48).
Sementara
itu, pedoman untuk telenursing
ditengah-tengah semakin berkembangnya teknologi adalah sebagai berikut, bahwa
telenursing yang efektif seharusnya :
- Menambah pelayanan kesehatan yang ada
- Meningkatkan akses yang optimal dan
bilamana itu sesuai dan dibutuhkan mampu untuk menyediakan akses cepat kepada
layanan kesehatan.
- Mengikuti peraturan peraturan yang ada
tapi tetap memiliki manfaat
- Memperbaiki atau meningkatkan kualitas
perawatan
- Melindungi konfidensial dan privasi
dan kemanan dari informasi terkait hubungan perawat dengan pasien
(Personal Information Protection &
Electronic Documents Act, 2000, Division 4, no. 20: CRnns Documentation Guidelines for
Registered Nurses, 2005, p. 13).
Smartphone
Smartphone atau ponsel
cerdas adalah sebuah ponsel yang mampu melakukan berbagai fungsi komputer,
biasanya memiliki layar yang luas dan sistem operasi yang dapat menjalankan
berbagai aplikasi. Bagi yang lainnya, telepon cerdas hanyalah merupakan sebuah telepon yang
menyajikan fitur canggih seperti surel (surat elektronik), internet dan kemampuan membaca buku
elektronik (e-book) atau
terdapat papan ketik (baik sebagaimana jadi maupun dihubung keluar) dan
penyambung VGA. Dengan kata lain,
telepon cerdas merupakan komputer kecil yang mempunyai kemampuan sebuah
telepon.
Beberapa manfaat atau
keunggulan utama darpi smartphone ini dapat dilihat dari sisi Hardware maupun
Sotwarenya (Fadli, 2013).
Dari sisi Hardware, Smartphone memiliki prosesor
dengan kecatan tinggi. Manfaarnya adalah untuk menunjang berbagai aktivitas
smartphone mulai dari layar, suara hingga aplikasi-aplikasi yang dijalankan.
Kemudian adalah adanya Kamera dengan kualitas yang baik. Kamera dari sebuah smartphone manfaat
utamanya adalah sebagai alat perekam video, melakukan panggilan video dan
bahkan mengambil atau mengumpulkan ribuan momen dan pemandangan terbaik kedalam
ribuan format foto dengan cara yang lebih mudah.
Dari
sisi Sotware, manfaat utama dari Ponsel pintar
(smartphone) adalah perangkat teknologi modern yang sudah diketahui dapat
menjalankan software dengan lebih baik bahkan software dari pihak ketiga. Contoh
manfaat smartphon dari sisi software adalah tersedianya layanan akses data.
Layanan ini dapat dimanfaatkan oleh setiap smartphone untuk memungkinkan
penggunanya terhubung dengan konektivitas internet setiap saat dimanapun mereka
berada. Layanan akses data pada smartphone adalah bermanfaat untuk keperluan
browsing, Email, Chating hingga posting. Contoh berikutnya manfaat dari segi
banyaknya aplikasi yang tersedia pada sebuah smartphone. Ponsel pintar
(Smartphone) adalah perangkat yang tidak hanya sekedar digunakan untuk
melakukan sms, menerima dan menjawab panggilan saja, hadirnya pusat aplikasi
pada setiap ponsel pintar, maka ponsel cerdas (smartphone) kini dapat
dimanfaatkan sebagai pendukung bisnis, sarana belajar dan sarana hiburan atau
game.
Sementara
itu ternyata penjualan Smartphone di Indonesia cukup mencengangkan. Berdasar
data penelitian dari Mediacell, Indonesia menempati urutan nomor dua dalam 10
daftar pasar yang mengalami pertumbuhan penjualan smartphone pada
tahun ini. Dilansir Phonearena, Rabu
(15/1/2014), penjualan smartphone di
Brasil akan mencapai 47 juta unit pada tahun ini, di mana 38,2 juta unit
merupakan dibeli oleh pengguna baru smartphone. Sementara
Indonesia, akan ada 46 juta unit smartphone akan
terjual dengan 22,9 juta unit di antaranya dimiliki oleh pengguna smartphone baru
(Prayogi, 2014).
Pembahasan- clinical
significant
Aplikasi Penggunaan
Smartphone dalam kasus kegawat-daruratan Henti-jantung
Saat
ini diperkotaan masyarakat sudah semua memiliki ponsel dan sudah banyak
dinataranya yang mempergunakan Smartphone. Penggunaan Smartphone untuk kasus
henti jantung ini memiliki persyaratan bahwa di tempat tersebut sudah terdapat
akses internet yang memadai. Hal ini tentunya belum dapat dicapai oleh mereka
yang dipedesaan, tapi tentunya inovasi harus terus berlanjut tanpa menunggu
mereka yang tertinggal. Harapannya masyarakat di perkotan dengan sarana dan
infrastruktur yang telah memadai dapat mulai mempertmbangkan penggunaan sistem
seperti ini.
Beberapa aplikasi penggunaan
Smartphone yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :
1. Panggilan
Suara
Penggunaan panggilan suara sendiri
sebenarnya sudah tidaka asing lagi dalam penanganan kegawatdaruratan. Di dalam
penanganan kasus henti jantung, first responder atau keluarga dapat memberikan
informasi-informasi yang dibutuhkan seperti misalnya waktu kejadian, umur
penderita, keadaan umum penderita dan lainnya. Sementara itu, petugas kesehatan
dapat memberikan bantuan berupa pemberian informasi mengenai langkah-langkah
yang diperlukan.
Bahkan AHA sendiri telah memasukkan penggunaan
layanan panggilan suara ini ke dalam alogaritma penanganan Acut Coronary
Syndrom. Dikatakan bahwa Emergency Dispatcher dapat menyediakan instruksi
kepada pasien atau pemanggil sebelum EMS datang. Kareda aspirin harus segera
diberikan secepat mungkin setelaha adanya tanda-gejala dari pasien. Menjadi hal
yang rasional untuk EMS dispatcher menginstuksikan pasien dengan tidak ada
sejarah alergi untuk mengunyah aspirin (AHA, 2010).
Gambar 2.
Bagian dari alogaritma penanganan ACS di prehospital
2. Global
Positioning System (GPS)
GPS atau Global Positioning System,
merupakan sebuah alat atau sistem yang dapat digunakan untuk menginformasikan
penggunanya dimana dia berada (secara global) di permukaan bumi yang
berbasiskan satelit. Data dikirim dari satelit berupa sinyal radio dengan data
digital. Dimanapun anda berada, maka GPS bisa membantu menunjukan arah, selama
anda melihat langit. Layanan GPS ini tersedia gratis, bahkan kitaa tidak perlu
mengeluarkan biaya apapun kecuali membeli GPS recierver-rya. Penggunaan GPS
alam kasus henti jantung adalah supaya lokasi persis dari pasien dapat
diketahui secara pasti dan akurat. Ambulance yang dikirim untuk menyelamatkan
pasien dapat menggunakan posisi GPS
pasien untuk mencari rute terdekat yang dapat ditempu/alternate route. Dengan
rute yang terdekat yang ditempuh, diharapkan ambulance dapat sampai dengan
lebih cepat sehingga penanganan menjadi lebih dini dilakukan.
Gambar 3.
Penggunaan GPS dalam penentuan Rute di Google Maps
3. Aplikasi
Gawat Darurat
Penggunaan aplikasi kesehatan pada
smartphone sudah ada di beberapa vendor seperti Samsung. Kesehatan sudah
menjadi bagian dari gaya hidup modern saat ini.
Dalam kasus henti Jantung, aplikasi
gawat darurat dapat menjadi point paling penting dan akan sangat membantu dalam
hal berikut :
- 1. Alogaritma
Penanganan Korban Gawat darurat
Pada bagian ini, akan ada alogaritma
penanganan henti jantung yang dapat memandu penolong untuk memberikan bantuan
mulai dari pengaktifan EMS Sistem, pemberian pertolongan CPR hingga bantuan
Obat.
- 2. Obat-obatan
dan informasi lain
Di sini akan ada informasi mengenai
jenis obat-obatan yang dapat digunakan pada kasus henti jantung. Mulai dari
nama, indikasi hingga dosis. Dengan bantuan EMS dispatcher yang memberikan
asistensi, penolong dapat memberikan obat yang sesuai.
- 3. Pengecekan
Kesehatan
Saat ini di Samsung Galaxy S5 sudah
dilengkapi sensor untuk mengukur denyut jantung. Hal ini tentunya akan sangat
berguna bagi layanan emergency.
- 4. Pengaktian
EMS dan sistem lain.
Aplikasi ini seyogyanya ketika
diaplikasikan akan langsung mengaktifkan sistem EMS yang ada di kota tersebut
dan mengirimkan lokasi GPS dari pasien. Aplikasi juga dapat mengirimkan sms
atau pemberitahuan kepada nomor telephone keluarga bahwa pasien sedang
mengalami serangan jantung.
4. Kamera
Penggunaan Kamera dalam kesehatan
yaitu untuk mengambil gambar dari kondisi pasien. Kondisi yang sering atau
sudah sering memanfaatkan teknologi ini adalah adanya luka, baik luka gores
ataupun luka bakar. Saat ini kamera-kamera smartphone sudah memiliki kualitas
kamera yang cukup baik dimulai dari kapasitas 3MP hingga tertinggi 21 MP pada
Nokia PureView. Pada kasus henti-jantung, foto dari pasien dapat digunakan
untuk menilai kondisi umum pasien, apakah pasien sadar atau pingsan? Apakah
warna utama dari kulit pasien? Dan hal lainnya.
5. Video
Call
Smarphone saat ini tidak lagi hanya
dibekali kamera belakang saja, tapi juga sudah dibekali oleh front
camera/kamera depan yang dapat digunakan untuk panggilan video/video call.
Dengan video call, pasien/penolong dapat berinteraksi langsung dengan tenaga
kesehatan. Petugaspun dapat melihat secara langsung kondisi dari pasien,apakah
pasien kesakitan, dimana posisi sakitnya, dan bagaimana kondisi umumnya. Video
call memungkinkan untuk interaksi langsung dua-arah dengan pasien/penolong.
Hal yang perlu
dipersiapkan
Sistem ini merupakan sistem yang lebih
‘advance’ dari keadaan umum di Indonesia tapi sekali lagi seharusnya sudah
dapat mulai diaplikasikan di kota-kota besar dimana akses internet sudah
memadai. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan sistem ini adalah :
- Sitem jaringan internet yang memadai
- Undang-undang atau peraturan yang
menaungi
- Sitem di Rumah Sakit sendiri yang
mampu untuk mengakomodirnya.
- Kemampuan petugas kesehatan sendiri
- Sosilisasi kepada masyarakat akan
aplikasi ini.
Kesimpulan
Cardiac
Arrest adalah situasi gawat darurat dimana dibutuhkan penanganan yang cepat
akrena waktu sangat berharga untuk pasien. Layanan Telenursing adalah pemberian, managemen dan koordinasi dari
perawatan dan pelayanan kesehatan menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi. Dengan menggunakan Teknologi, maka waktu yang dibutuhkan untuk
dapat memberikan intervensi kepada pasien dapat dilakukan dengan cepat sehingga
survival rate pasien dapat meningkat.
Penggunaan Smartphone dapat mendukung layanan telenursing karena berbagai keunggulannya. Penggunaan smartphone
dapat memberikan manfaat dalam hal panggilan suara, GPS, aplikasi gadar, kamera
dan video call. Memang sistem ini terkesan canggih dan belum dapat
dipalikasikan pada semua wilayah indonesia tapi paling tidak kota besar suah
dapat memulainya dengan mempersiapkan hal-hal yang diperlukan.
Baca Juga: PENANGANAN MASALAH PSIKOLOGIS KORBAN BENCANA
Datar
Pustaka
American Heart Association CPR and First
Aid. (2013). About cardiopulmonary resuscitation (CPR).
Bryan., et al.
(2011). Out-of-hospital cardiac arrest surveillance —
cardiac arrest registry to enhance survival (CARES), united states. Morbidity and Mortality Weekly Report Surveillance Summaries / Vol. 60 / No. 8.Cummins, et al. (1991). Recommended guidelines
for uniform reporting
College of
nurses of ontario. (2005). Telepractice:
Practice Guideline. Toronto: author. TelenURsInG
PRaCTICe GUIDelInesColleGe of ReGIsTeReD nURses of nova sCoTIa24
College of
Physicians and surgeons of ontario. (2001). Consent to Medical Treatment,
Policy #1-01. [on-line] available: www.cpso.on.ca/policies/consent.htm
Cummins, et al. (1991). Recommended guidelines for uniform reporting of data
from out-of-hospital cardiac arrest: the utstein style. task force of the
american heart association, the european resuscitation council, the heart and
stroke foundation of canada, and the australian resuscitation council. Ann Emerg Med. 20:861-74.
CRNNS,
2008. Telenursing
Practice Guidline. College of Registered nurses of nova scotia – www.cmns.ca. Nova Scotia : Canada
Curran, v.R., & Church, J.G. (1999). a study of rural women’s
satisfaction with a breast cancer self-help network. Journal of Telemedicine
and Telecare, 5(1), 47-54. Retrieved august 1, 2006, from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?cmd=Retrieve&db=PubMed&
list_uids=10505369&dopt=abstract
Departemen
Kesehatan. (2006). Pharmaceutical care untuk pasien penyakit jantung
koroner : Fokus sindrom koroner akut.
Dang S, Dimmick S, Kelkar G.
Evaluating the evidence base for the use
of home telehealth remote monitoring in elderly with heart failure. Telemed J E Health 2009;15:783–96.
Dorr,
D., Bonner, L., Cohen, A., Shoai, R., Perrin, R., Chaney, E., Young, A. (2006).
Informatics systems to promote improved care for chronic illness: A literature
review. Informatics Systems for Chronic Illness, 14, 156-163.
Department
of Health (2012) Evaluating the Benefits and Effectiveness of
Telehealth and Telecare Services. tinyurl.com/DH-telehealth-telecare
Hersh, W. R., Wallace, J. A., &
Patterson, P. K. (2001). Telemedicine for the
Medicare program. Evidence report/technology assessment no. 24. Retrieved January 31, 2006, from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/bv.fcgi?rid= hstat1.chapter.33002
ICN,
2010. DELIVERING QUALITY, SERVING COMMUNITIES: NURSES LEADING CHRONIC CARE. -
International Council of Nurses, 3, place Jean-Marteau, 1201 Geneva,
Switzerland
Irawan. 2013. Carut marutnya pelayanan Gawat darurat di Indonesia. http://pkko.fik.ui.ac.id/files/PELAYANAN%20GAWAT%20DARURAT.doc
Koch, S. (2005). Home telehealth – Current
state and future trends. International Journal of Medical Informatics, 1-12.
Meystre,
S. (2005). The current state of telemonitoring: A comment on the literature.
Telemedicine and e-Health, 11(1), 63-68.
O’Connor,
Robert E et.al. 2010. Acute Coronary Syndrome : 2010 American Heart Association
Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. Circulation : Journal of The American
Heart Association. Doi : 10.1161/CirculationAHA.110.971028
Prayogi,
Gesit, 2014. Tahun ini, 46 Juta
Smartphone baru aktif di Indonesia. http://techno.okezone.com/
Steventon A et al (2012) Effect of telehealth on use of
secondary care and mortality: findings from the Whole System Demonstrator
cluster randomised trial. British Medical Journal 2012; 344: e3874.Scottish
Intercollegiate Guidelines Network. 2007. Acute
Coronary Syndrome. NHS Quality Improvement Scotland
Vaillancourt C, Stiell I, Wells G. Understanding and improving low
bystander CPR rates: a systematic review of the literature. CJEM. 2008;10(1):51-65
“Whole Systems Demonstrators: an Overview of
Telecare and Telehealth,” 2009, http://www.dh.gov.uk/prod digitalasset/consum
dh/groups/dh digitalassets/documents/dh 100947 .pdf.
0 comments:
Post a Comment